Tuesday, November 13, 2018

PUTRA DAERAH, KEKUATAN ATAUKAH ANCAMAN, TERHADAP PERSATUAN NASIONAL?


Hal yang sangat menarik sesaat sebelum menjelang pesta demokrasi, kerap kita dengar mendadak berkembangnya wacana putra daerah. Akhir-akhir ini kata putra daerah semakin membumi dan menjadi (kan) nilai jual, bahkan diyakini menjadi salah satu syarat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang calon pemimpin (daerah). Sehingga jangan heran lagi ketika seorang calon pemimpin politik menambahkan keterangan "putra daerah" pada setiap kampanyenya.

Melihat fenomena tersebut, diperlukan pemikiran, analisa, pengalaman serta referensi secara jernih khususnya dalam memaknai kalimat putra. Apakah yang dimaksud putra daerah adalah mereka yang lahir, berkependudukan dan hidup tumbuh besar di daerah yang...? Apakah putra daerah merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh calon pemimpin? Dan ataukah putra daerah adalah mereka yang memiliki hubungan biologis dengan masyarakat sekitar atau sekedar lahir di suatu daerah dan setelah itu, mereka pergi dan tidak pernah memberikan konstribusi terhadap daerah tersebut?

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) tidak terdapat arti dari kata putra daerah. Kata yang berdekatan ialah bumi putera yang memiliki arti anak negeri atau penduduk asli atau pribumi. Masih berdasarkan kamus tersebut jika kata putra daerah dibagi dua, yakni putra dan daerah, maka didapati arti putra yaitu anak laki-laki dan daerah yakni suatu tempat sekeliling atau yang termasuk di lingkungan suatu kota, wilayah, dll.
Sedangkan menurut webstern dictionary kata putra daerah lebih dekat kepada kata native (orang pribumi) yang artinya an origin in habitant (penduduk asli) or long life resident (penduduk tetap) atau existing in or belonging to one by nature (seseorang yang tinggal di daerah tersebut).

Berdasarkan defenisi diatas dalam teori Samuel P. Huntington, mendefenisikan putra daerah menjadi 4 jenis yang salah satunya adalah :
Putra Daerah daerah politik, yaitu putra daerah genealogis yang memiliki kaitan politik dengan daerah tersebut, bahkan Putra daerah politik terkadang hanyalah klaim diri dan melekatkan status sebagai putra daerah dan hanya memiliki hubungan biologis (orang tua atau keluarga berasal dari daerah yang dimaksud) dengan masyarakat sekitar namun tidak pernah memberikan konstribusi kepada daerah tersebut, Sering kita dapatkan seorang perantau yang telah sukses kembali kedaerah hanya karena kepentingan politik.

Putra daerah ekonomi, yaitu putra daerah genealogis yang karena kapasitas ekonominya kemudian memiliki kaitan dengan daerah asalnya melalui kegiatan investasi atau jaringan bisnis di daerah asalnya. Putra daerah ini terlintas hanya memiliki kepentingan pragmatis dengan daerah asalnya. Mereka menggunakan daerah hanya sebagai basis pemenuhan kepentingan politik dan ekonomi mereka sendiri. Namun sebaliknya daerah itu pun sedikit banyak memperoleh keuntungan politik dan ekonomi dari mereka.

Putra daerah sosiologis, yaitu mereka yang bukan saja memiliki keterkaitan genealogis dengan daerah tersebut tetapi juga hidup, tumbuh, dan besar serta berinteraksi dengan masyarakat daerah tersebut. Mereka menjadi bagian sosiologis dari daerah tersebut. Dan banyak memberikan konstribusi kepada masyarakat sekitar dan daerah serta melakukan keseharianya memiliki hubungan sosial dengan masyarakat sekitar.

Dari defenisi-defenisi di atas, jelaslah bahwa putra daerah tidak dapat didefenisikan secara sempit. Putra daerah tidak hanya dapat diartikan sebagai orang yang merupakan penduduk asli dari suatu daerah atau merupakan suku dari suatu daerah tersebut. Namun defenisi putra daerah mengandung makna yang luas tergantung dari obyek dan sudut pandang kita menilai. Selain itu, dalam suatu daerah tidak mungkin hanya terdapat satu macam suku atau pun ras tapi terdiri dari berbagai macam suku dari berbagai daerah yang datang dan menetap di daerah tersebut.
Inilah salah satu kekayaan budaya Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku.

Jika pemahaman-pemahaman tentang putra daerah ini terus dikembangkan maka akan memicu timbulnya semangat primordialisme atau rasa kesukuan yang berlebihan yang dapat mengancam keutuhan  suatu daerah bahkan negara Republik Indonesia.

Kembali ke pemilihan pemimpin politik daerah yang harus diutamakan ialah  tentang kapabilitas dari calon-calon pemimpin tersebut. Suatu daerah tidak hanya dapat dipimpin oleh pemimpin yang bermodalkan figur semata namun tidak memiliki kapabilitas, integritas terlebih lagi sikap ketegasan dan pangalaman sebagai pemimpin.

Pemimpin yang dibutuhkan oleh masyarakat yakni seseorang yang memiliki akseptabilitas saja namun juga ditunjang oleh moral yang baik serta public figure yang benar–benar telah teruji, memiliki kemampuan yang cukup untuk memimpin dan membimbing masyarakat dan juga memiliki kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas serta ketegasan yang sangat dibutuhkan di dunia  perpolitikan, serta disisi lain juga masih harus ditambah memiliki wawasan yang luas dan pandangan yang luas dan mampu menjawab segalah permasalahan suatu daerah dan keluhan rakyat.

Berangkat dari beberapa defenisi putra daerah,  bahwa terkadang adanya klaim status, yang melekatkan sebuah status dalam dirinya sebagai putra daerah sehingga menarik simpati masyarakat perlu analisa dan penerawangan yang tajam. Hak politik mencalonkan diri sebagai pimpinan politik daerah merupakan hak yang telah melekat pada setiap masyarakat, dan telah diatur dalam regulasi yang mengatur tentang pemilihan. Jadi yang perlu kita ketahui bersama klaim diri dengan melekatkan status sebagai bentuk sanderaan kepentingan politik (harus) perlu penafsiran dan pemaknaan yang jernih, beberapa fenomena yang telah terjadi akibat klaim diri demikian pada akhirnya berakibat sebagian masyarakat tertipu dan tidak sesuai dengan yang mereka harapkan.

Kita tidak membatasi hak Politik bagi mereka yang ingin bertarung dalam pesta demokrasi mendatang, Namun bercermin pada beberapa pengalam yang lalu perlu ada penalaran yang mesti kita hadirkan dari sekarang. Bahwa klaim diri sebagai putra daerah haruslah berdasarkan dengan defenisi dan sudut pandang yang telah disebutkan diatas (paling tidak) dan hal ini tidak terlepas dari "kepentingan dan kebutuhan" akan figur pemimpin yang ideal suatu daerah. Pemimpin yang mengetahui Geopolitik, Geografis dan Demografis serta keseharian suatu masyarakat dianggap ideal memimpin suatu daerah.

Jika suatu kepemimpinan diserahkan kepada yang tidak memiliki kapabilitas dan pengetahuan maka sesungguhnya kita sedang mempersiapkan kehancuran yang terencana akan daerah itu beserta tatanan soasial kemasyarakatannya.

Apakah masih kurang banyak contoh seorang yang menurut kita adalah asli putra daerah, namun ketika yang bersangkutan menduduki jabatan politik di daerahnya, hidupnya lalu berubah, jiwa sosial dan kemasyarakatannya berubah, seiring dengan rejekinya yang berubah, dia mulai membangun tembok sosial yang tinggi, sebagai pemisah antara dirinya dengan yang dia wakili, pintu rumahnya jadi tidak pernah lagi digedor-gedor, oleh mereka yang membutuhkan perhatian dan uluran tangan, hanya karena tembok yang begitu besar menjulang tinggi memisahkan si pemimpin dengan yang dia wakili?

Jika amanat disia-siakan, maka tunggulah kehancurannya”. ada yang bertanya, “bagaimana menyia-nyiakannya?” beliau menjawab, “jika urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya” (HR. Bukhari).

Inilah keutamaan dalam mengajukan diri menjadi pemimpin sekaligus keutamaan dalam menentukan arah dukungan dalam memilih pemimpin. (*)

Wednesday, October 24, 2018

Aji ning diri saka lathi, Aji ning rogo soko busono, Agama ageming ati


Judul tulisan ini adalah pepatah Jawa yang sarat akan makna tentang berperilaku didunia yang tak seberapa lama ini.
  
Aji ning diri saka lathi: artinya adalah harga diri seseorang itu dapat dilihat dan dipercaya serta dihargai dari apa yang keluar dari mulutnya. Karena kepribadian yang murni itu tergambar dalam ucapan dan tutur kata sebagai penampilan mencerminkan "it's me". Pepatah ini menyangkut tentang betapa berarti harga diri (bisa diartikan sifat, kelakuan) seseorang yang bisa dilihat dari cara bicaranya. Lathi disini diartikan sebagai lidah. Seringkali seseorang mendapat masalah besar karena lidahnya, bisa dari cara bicaranya yang ngawur atau sembrono. Tapi tak jarang pula kita mendapat suatu kemudahan karena menjaga lidah kita. Bagi orang jawa khususnya orang jogja atau solo misalnya hal ini bukanlah sulit atau aneh karena memang totokoromo yang demikian sudah menyatu dalam kehidupan sehari-hari didalam keluarga dan ditengah-tengah masyarakat.
Jika kita sering bicara kasar atau kotor maka dengan sendirinya orang lain akan menganggap kita adalah orang yang cenderung negatif, karena ucapan gak jauh dari isi kepalanya. (beda kalo ngomong kasarnya cuma sekali dalam 4 tahun hihihihihi)

Pribahasa ini merupakan nasihat agar kita berhati-hati terhadap kata dan kalimat yang kita ucapkan. Sepatah dua patah kata yang meluncur dari lisan kita akan didengar dan diperhatikan oleh orang lain. Maka karenanya setiap ucapan harus diiringi dengan pertimbangan yang matang, disertai dengan pemikiran yang jernih, karena sesungguhnya kekuatan kepemimpinan ada dalam integritas, ada dalam pengendalian diri, ada dalam kemampuan berpikir tentang ide dan gagasan-gasan besar lalu mewujudkannya.

Apabila sesorang yang sering berbohong dan tidak konsisten dalam berkata-kata, lama-kelamaan orang akan hilang kepercayaan. Siapapun yang suka mengucapkan kata-kata pedas, kasar, menusuk hati, tentu akan sulit membangun persahabatan dan orang demikian ini akan dianggap sebagai pribadi yang punya kecenderungan suka melukai perasaan orang lain.
Jadi sob… bisa dibayangkan bila kita adalah sorang pemimpin, baik pemimpin di dalam keluarga apalagi pemimpin di tengah-tengah masyarakat dan terutama pemimpin sebuah bangsa, yang “lathi”nya kerap bunyi semau gue yang menyinggung orang lain bahkan menyakiti orang lain.
Sebaliknya jika lidah kita dijaga dengan berbicara yang positif dan sopan sebagaimana mestinya tentu akan membawa citra positif juga (bukan berarti pencitraan juga yak).

Jadi sekali lagi bahwa lidah/ucapan akan sangat berpengaruh, terlebih lagi saat hidup bermasyarakat (tidak termasuk hidup di hutan), sering kali cekcok antar tetangga terjadi karena lidah yang tak bisa dijaga. Fitnah sana-sini, mengumpat tak tentu arah atau menggosip. Kenapa bisa sampe segitu parahnya sih? Ya iya lah panjang terowongan bisa diukur, tapi kalau panjang tenggorokan siapa yang tau, terlebih bagi yang pandai bersilat lidah, iya khan sob..? 

Ajining diri soko lathi dalam perkembangan jawa, lidah akan sangat menjadi tolak ukur seseorang dalam menilai orang lain. Unggah ungguh atau sopan santun dalam berbicara dalam budaya (jawa) adalah suatu hal wajib yang harus ditaati, baik tua maupun muda tanpa pandang bulu. 

Ajining rogo soko busono: Secara kasat penampilan (appereance) itu mewakili diri kita. Mari kita tengok maaf gelandangan atau pengemis dengan pakaian yang kumal, apa yang pertama kali kita pikirkan?

Lebih gampangnya, di sekolah, di kantor atau dimana aja kalo kita ngeliat orang dengan pakaian yang gak disetrika atau lusuh pasti hal pertama yang terlintas adalah malas "dih ngurus pakaian sendiri aja malas apalagi ngurus yang lain" nah itulah contoh hal pertama yang ada dipikiran orang saat melihat pakaian yang kurang rapi. Sebaliknya mari kita mereviwe ingatan kita tentang penampilan seorang customer service sebuah bank misalnya atau public relation sebuah perusahaan jasa besar, hmmmm anda pasti langsung luluh dan bahkan “manut” dan tertaklukkan kan.... ketika dia menjelaskan tentang aneka produk perusahaan dia? 

Memang sih seseorang tak selamanya juga bisa dinilai cuma dari cara bicara dan pakaiannya, terlebih ada banyak juga success story yang berpenampilan “acakadut”, tapi gak ada salahnya untuk menjaga kerapian kita kan? Minimal untuk tidak dikatan bahwa kita ini sudah miskin gagal tapi sombong hanya karena berpenampilan semau gue tanpa melihat tempatnya. 

Jadi mulailah menghargai diri sendiri dengan menjaga kerapian kita, sehingga dengan begitu dapat mengirim energy positif bagi lawan bicara dan lingkungan sekitar yang melihat. Tak perlu mewah untuk terlihat cantik dan gagah, hanya perlu rapi untuk menjadikan kita seseorang yang elegan dan tak perlu pengawal untuk menjaga kita, selagi kita masih bisa menjaga lisan kita. 


Agama ageming ati: Dalam pengertian ini bukan apa yang tercantum di KTP, melainkan lebih dari itu, yakni nilai-nilai yang mengatur sendi-sendi kehidupan manusia. Karenanya agama sering disebut sebagai ageming ati. Jika kita muslim maka sikap kita harus mencerminkan bahwa kita seorang muslim, dengan segalanya yang menandakan bahwa memang benar kita seorang muslim.

Jangan sampai, kita pakai pakaian tapi tetap bertingkah laku seperti orang telanjang, atau orang melihat kita tidak ada bedanya dengan telanjang, atau kita dengan tanpa sadar bertingkah laku konyol sehingga menelanjangi diri sendiri. Ageming ati dengan kata lain membuat perubahan yang medasar terkait tingkah laku dan tindakan yang baik, sehingga kita dengan sendirinya mempunyai wibawa dan kehormatan, marwah diri kita terjaga sehingga tanpa harus dibuat-buat pun kemudian pihak lain akan menghormati kepribadian kita dengan sendirinya.

NGONO LOH..SONTOLOYO!

Tuesday, July 31, 2018

KETIKA DEMOKRAT BERSIKAP DAN MEMILIH


PENTINGNYA MENEGUHKAN KEMBALI KOMITMEN KERAKYATAN KITA YANG TERKOYAK DIBANDINGKAN BAGI-BAGI ROTI KEKUASAAN

Diawali dengan perjalanan memenuhi undangan DPP Partai Demokrat beberapa waktu yang lalu kami bersama dengan seluruh unsur Pimpinan Partai sampai ke tingkat Kecamatan berangkat ke Jakarta guna menghadiri Rapimnas Partai Demokrat, yang diselenggarakan di Sentul Bogor. Rapimnas ini sebagaimana umumnya, adalah rapat yang diselenggarakan guna mengambil keputusan besar atas situasi sosial politik yang terus berkembang dinamis di masyarakat dan bergerak kearah yang membuat banyak pihak khawatir termasuk Partai Demokrat,  yaitu arah demokrasi yang menuju pada perpecahan bangsa. Situasi ini bila ditilik lebih dalam lagi, sudah bukan soal tentang siapa yang kalah dan siapa yang menang tetapi lebih pada “komitmen untuk melakukan  penyelamatan bangsa dari jurang kehancuran”.

Pada saat itu, selain memberi arahan tentang strategi pemenangan, Ketua umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono Bersama Komandan KOGASMA Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono menegaskan; Pertama bahwa Partai Demokrat harus berada di garis terdepan dalam memperjuangkan segala apa yang menjadi problem dan kesulitan masyarakat, terutamanya masyarakat miskin dan yang termarginalkan oleh kebijakan pemerintah yang sedang berkuasa. Kedua bahwa belajar dari pemilu sebelumnya dimana Partai Demokrat tidak mempunyai (mengusung) calon Presiden, nyata-nyata berdampak signifikan terhadap perolehan suara Partai secara nasional, maka diputuskan pada pemilu 2019 PD harus mengusung calon presiden sendiri dengan membangun koalisi yang berlandaskan pada etika politik dan program-program pro kerakyatan. Jujur, bahwa kami sebagai kader yang berada pada level paling bawah kepemimpinan partai ini merasa terhormat dan bangga karena dilibatkan secara langsung dalam merancang, menggagas dan memikirkan bagaimana kemudian bangsa ini diperjuangkan, dibangun secara benar dan konstitusional, bagaimana kemudian sepulang dari Rapimnas kami harus allout berjuang mempersiapkan segalanya tanpa mengenal kata menyerah.

Pada saat Rapimnas memang yang menjadi bintang dari perhelatan ini adalah AHY selaku Komandan KOGASMA dan JOKOWI sebagai Undangan VVIP dalam kapasitas Presiden. Dalam beberapa momen panggung keduanya beliau jelas terlihat saling melempar signal yang positif, dan sebagai sesama tokoh politik pada skala nasional ini tentunya pertanda baik, meskipun jujur saja hal tersebut sempat juga membuat khawatir sebagian rekan sesama kader, bahkan beberapa diantaranya dengan tegas menunjukkan sikap, protes keras dengan cara mereka masing-masing, disitulah terlihat betapa kuat figur kepemimpinan Ketua Umum menakhodai partai ini, sebab hal yang demikian itu tidak lantas kemudian membuat perahu ini retak apalagi terbelah.  

Pada tanggal 11 Maret 2018 ada kejutan yang luar biasa diarena Rapimnas, dimana pada acara penutupan, AHY selaku Komandan KOGASMA menyampaikan pidato politiknya dengan Thema “DEMOKRAT S14P!”. Menyimak seluruh apa yang disampaikan oleh beliau secara runtut dan gamblang menujukkan bahwa tidak salah AHY adalah asset sekaligus kader terbaik yang dimiliki oleh partai ini, disaat ini dan kelak nanti, pantas rasanya bila aku katakan bahwa masa depan gemilang partai ini kelak kemudian ada di pundak beliau dengan mentor politik terbaik yaitu Ketua Umum SBY. Dalam pidatonya yang disampaikan tanpa teks tersebut dengan tulus terlihat AHY memberikan apresiasi yang tinggi kepada pemerintah atas capaian yang sudah diraih, selain mengkritisi secara terukur atas apa saja yang menurut Demokrat dan AHY masih kurang.

Pasca Rapimnas Partai Demokrat pada saat diselenggarakannya Rakerda DPD PD DKI Jakarta AHY kembali menyampaikan pidato politiknya secara terbuka, dimana sebelumnya pidato ini tertunda oleh karena peristiwa bom di kota Surabaya. Menyimak secara utuh pidato yang disampaikan menunjukkan konsistensi dan posisi politik Demokrat dan AHY yang berada diluar pemerintahan sebagai kekuatan politik penyeimbang. Pada kesempatan ini pula AHY mengkritisi secara khusus tentang realisasi program pemerintahan Jokowi yakni revolusi mental, program yang nyata-nyata tidak berjalan sebagaimana semula digadang-gadang dan diharapkan serta dinanti oleh semua pihak dan elemen bangsa. Kritik yang disampaikan ini tentunya membuat kekuatan politik lain diseberang menjadi meradang, tetapi sepertinya hal tersebut tidak merubah sedikitpun niatan dan komitmen Demokrat untuk terus secara konsisten bersama rakyat yang kian tak berdaya oleh karena kebijakan yang tidak berpihak.

Medio, 24 Juli 2018, bertempat di Kediaman Pribadi SBY di Mega Kuningan, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto melakukan kunjungan. Sejalan meningkatnya eskalasi menuju Pilpres 2019, kunjungan ini tentunya bukanlah kunjungan biasa. Kunjungan ini juga membuat seantero negeri berdebar menunggu hasil apa yang akan disampaikan oleh kedua Pimpinan partai besar tersebut. Seusai melakukan pertemuan tertutup SBY dan PS menyampaikan bahwa Keduanya Beliau telah menyepakati kesamaan visi dan misi sebagai dasar untuk membangun koalisi dalam Pilpres 2019. Meskipun disaat sesi tanya-jawab, menjawab pertanyaan wartawan PS sempat mengatakan “why not”, tetapi kemudian SBY menegaskan bahwa pertemuan ini diadakan tidak untuk membahas nama calon wakil presiden bagi PS. Artinya bahwa kedua tokoh bangsa ini bertemu tidak karena telah mengantongi nama siapapun sebagai cawapres, tetapi tiada lain selain daripada “bermufakat tentang cara terbaik menyelamatkan rakyat dan bangsa dari jurang kemunduran demokrasi dan bergerak menuju kehidupan yang lebih baik dengan tetap mengedepankan politik yang beretika tanpa issue SARA”. Hanya itu kah? Tentu ini pertanyaan yang wajar, terlebih oleh para penyembah “liberalisme.” Apakah benar SBY tidak menyodor-nyodorkan putranya? Sebenarnya adalah hak mereka untuk bertanya dan curiga, tetapi menjadi aneh ketika melalui banyak media mereka lantas bernyanyi nyinyir berusaha kuat menyerang SBY, seoalah-olah apa yang disampaikan oleh SBY tidaklah benar adanya. Mereka para nyinyirin mania seolah meragukan Komitmen Kebangsaan yang dimiliki oleh SBY dan PS. Bahkan lebih prihatinnya lagi terlihat ada upaya yang jahat untuk menyerang SBY dan Demokrat dengan menyebar mimpi dan issue menggunakan narasi politik dinasti.

Medio, 25 Juli 2018, masih dari Mega Kuningan sehari setelah kedatangan PS, SBY kembali didatangi oleh tokoh penting nasional yaitu Zulkifli Hasan, Ketua umum Partai Amanat Nasional, setelah melakukan pembicaraan empat mata selama beberapa saat keduanya beliau keluar ruangan memberikan keterangan didepan media, Zulkifli Hasan sama halnya dengan Prabowo mengatakan bahwa pertemuan tersebut lebih bicara tentang situasi nasional sebagai landasan dibangunnya sebuah koalisi, dan kedua tokoh tersebut sepakat serta sependapat bahwa situasi saat ini harus diperbaiki bersama, "Saya garis bawahi betul pernyataan pak SBY tadi memang kami tidak bicara capres-cawapres. Yang kedua kami membahas situasi kekinian mengenai NKRI tercinta," artinya bahwa lagi-lagi kaum dan generasi nyinyir harus kecewa bahkan lebih besar lagi. Terlebih setelah Ketum PAN mohon diri, pada kesempatan yang sama SBY memberikan keterangan pada media, menjawab hal yang sebelumnya menurut beliau tidak mungkin disampaikan karena dipandang  kurang tepat, sebab ada pihak lain diantaranya calon Presiden dan Ketum Partai PAN. Sungguh semua apa yang disampaikan oleh SBY pada kesempatan ini membuat kami menjadi semakin “GILA” mencintai beliau dan partai ini, sebab disaat-saat genting seperti sekarang beliau mampu menempatkan diri dan partai ini dibawah kepentingan Bangsa dan Negara yang pernah beliau pimpin dengan gemilang. SBY dengan gamblang dan tegas menjawab semua tanya yang diajukan oleh media, yang diantaranya mempertegas bahwa sebagai tokoh politik adalah pantang dan bukan watak beliau SBY untuk menyodor-nyodorkan putranya yang notabena saat ini adalah salah satu kader terbaik yang dimiliki oleh Demokrat.

Medio, 30 Juli 2018, SBY melakukan kunjungan balasan ke kediaman Prabowo Subianto. Pada kesempatan ini setelah melakukan pertemuan empat mata keduanya hadir dihadapan media menyampaikan pernyataannya bahwa pada intinya PS dan SBY telah sama bersepakat untuk berkoalisi pada Pilpres 2019, ini tentu bisa tercapai atas kerja keras tim kecil yang ada dibelakang beliau berdua, dan yang perlu dicatat bahwa kerja keras tim ini telah memberikan gambaran yang dapat di simpulkan oleh publik dari keterangan yang disampaikan oleh masing-masing KETUM Partai ini, bahwa sesunguhnya mereka semua sejatinya adalah pemenang sebelum pertandingan dimulai. Ini kami nyatakan karena dari statemennya SBY dan PS sama sekali tidak menyinggung tentang nama cawapres sebagaimana dipikirkan oleh lawan politik dan kaum nyinyirin.  Justru yang kembali hangat menyirami semangat mereka adalah komitmen untuk memperjuangkan sekitar 100 juta rakyat miskin yang akan di komandani oleh Prabowo yang diawali sebagai calon presiden. Artinya bahwa SBY, PS dan semua tim telah berhasil melepaskan diri dari kepentingan sempit masing-masing kelompok dan pribadi. "Mengenai calon wakil presiden, Pak SBY juga ingin menegaskan kembali, sekali lagi bahwa Presiden SBY tidak menuntut atas nama Partai Demokrat satu nama tertentu. Sama sekali beliau menyampaikan, menyerahkan kepada saya jika saya menjadi calon presiden dari koalisi ini," kata Prabowo. Lebih lanjut PS mengatakan, pernyataan SBY itu sebuah kehormatan. Tentang nama cawapres yang akan diusung koalisi ini, nantinya akan dilakukan pertemuan-pertemuan intensif ke depan. "Apa pun nanti yang menjadi landasan perjuangan kita, beliau (SBY) tekankan harus mengutamakan kepentingan rakyat," pungkasnya. Dengan demikian Sah Partai Demokrat berkoalisi dengan Gerindra.

Medio, 30 Juli 2018, SBY hari ini melanjutkan langkah dan silaturahmi dengan seluruh jajaran Pimpinan PKS, dari keterangannya jelas bahwa SBY tetap mengedepankan moral politik yang baik bagi kemajuan demokrasi di negri ini, secara terang benderang  SBY mengatakan bahwa mereka lebih mengedepankan kesamaan platform perjuangan dalam koalisi dan intinya bahwa PKS sependapat tetap berada dalam koalisi yang sebelumnya telah dibangun bersama Gerindra. Meskipun dalam keterangannya PKS masih “mengutarakan” dalam pesan pendek yang beliau Presiden PKS Sohibul Iman sampaikan tentang hasil ijtimak Ulama, dan itu disikapi secara arif dan bijak oleh SBY bahkan dalam kesempatan tersebut SBY juga meluruskan persepsi masyarakat mengenai ideologi PKS. SBY menjelaskan PKS adalah partai berbasis Islam yang demokratis. "Banyak yang salah persepsi tentang PKS. PKS ini partai Islam, tapi amanah menghormati demokrasi kompatibel dengan sistem yang berlaku di negeri tercinta ini dan oleh karena itulah kami dulu bersama-sama kami juga tidak menginginkan adanya tindakan-tindakan yang radikal dari siapa pun dari kelompok mana pun," ujar SBY. Dalam kesempatan ini, SBY menyinggung soal cawapres bagi Prabowo Subianto. SBY berharap Prabowo bijak dalam memilih cawapres. "Saya yakin Pak Prabowo dengan kearifan dengan wisdom-wisdom, dengan pertimbangan yang bijaksana akan memilih yang paling tepat mendampingi, karena menurut kita bukan hanya harus menang dalam pilpres, tapi kalau terpilih amanah dia mampu memimpin dan Indonesia menjadi lebih baik 5 tahun mendatang," pungkasnya.  Lagi-lagi kaum nyinyir harus menanggung kecewa karena SBY sama sekali tidak menyinggung tentang peluang kadernya untuk menjadi wakil presiden PS yang akan disung oleh koalisi.

Intinya yang ingiin kami sampaikan bahwa dari seluruh proses, dinamika dan dialektika politik yang diperankan oleh SBY dan Demokrat terbukti semuanya tetap mengedepankan kepentingan Rakyat dan Bangsa diatas kepentingan kelompok dan golongan. SBY telah menyelesaikan apa yang menjadi kewajibannya sebagai Ketua Umum Partai secara terhormat dan bermartabat, SBY secara elegant telah menujukkan kelas kepemimpinan beliau sebagai kingmaker yang dimiliki oleh bangsa ini, dengan mengambil tugas sebagai jarum yang selalu menyatukan, SBY dan Demokrat telah berhasil keluar sebagai pemenang sebelum pertandingan dimulai. Adapun tentang kader terbaik yang dimiliki oleh Demokrat biarlah publik dan tokoh-tokoh koalisi yang menilai dan menimbangnya kemudian secara arif dan bijak untuk kepentingan rakyat dan bangsa. 

Selebihnya setelah malam ini Partai Demokrat dengan seluruh jajaran dan kader dapat fokus pada strategi pemengangan dengan mempersiapkan seluruh stekholder untuk "Ayo Bung Merebut Kembali”.

DEMOKRAT S14P!!


Thursday, July 26, 2018

CALON PRESIDEN DARI SISI YANG LAIN

Jauh sebelum hari ini, masyarakat dahulu hidup bersahaja dan penuh makna ditengah berbagai peristiwa dan simbol. Simbol-simbol itu merupakan perlambang atas berbagai hal menyangkut hidup dan kehidupan, menyatu erat dalam semangat orang yang mampu serta mengerti akan makna filosofi. Sejalan dengan budaya yang luhur dan luhung, hal ini terus berlangsung hingga sekarang terutama di daerah-daerah yang memang peninggalan sejarah budayanya masih terpelihara baik dengan keberadaan langgengnya simbol pusat kekuasaan budaya seperti istana kesultanan dan lain sejenis.

Dalam peta tokoh nasional kita ada sedikit dari mereka yang memahami benar simbol-simbol filosofi tersebut, baik dalam kesehariannya atau minimal pada momen-momen penting sebuah peristiwa. Diantara tokoh yang sedikit itu sebut saja Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, bahwa SBY termasuk Ibu Ani Yudhoyono termasuk juga anggota keluarga, sadar atau tidak, menurut dan bagi banyak pengrajin dan pedagang batik adalah salah satu trend setter batik populer yang ada dan paling laris di tanah air. Seperti halnya koleksi baju-baju batik yang kerap dikenakan oleh Agus Harimurti Yudhoyono yang ternyata oleh pengrajin, pedagang dan penggemar kerap dinamakan batik AHY (ini juga terjadi di banyak aplikasi online yang menjual aneka motif dan corak batik menyebut jenis corak batik dagangan mereka). Jadi tidaklah heran sebagaimana aku tuliskan diatas sebab memang di jaman Pak SBY lah batik diakui dan dicatatkan sebagai Warisan Budaya Bangsa Indonesia oleh UNESCO. 

Berbeda dengan Pak SBY dan AHY, Parabowo Subianto juga adalah salah satu dari sedikit tokoh nasional yang sangat mencintai batik. Bahkan menjadi terlihat sangat istimewa oleh sebab PS dalam kesehariannya tidaklah mengenal banyak model dalam corak busana (sangat jarang mengenakan batik). Sehingga kapan beliau berbusana "dinas" dengan pada momentum apa beliau mengenakan busana yang berbeda, menunjukkan bahwa Prabowo ternyata sangat dan sangat kuat memegang filosofi dan makna dibalik batik yang ia kenakan. Meskipun ada modifikasi tangan-tangan terampil pengrajinnya namun pakem atau induk dari motif batik yang beliau pilih untuk dikenakan sangat relevan dan konsisten dalam menyampaikan pesan it's me nya (bahasa opo kui.....koyo tiru kae wae....ngomong jerman ra mudeng karep, metu prancis hahahahah). 

Seperti foto yang aku unggah berikut, adalah momentum dimana Pak Prabowo dan Pak SBY bertemu dalam rangka membahas berbagai persoalan nasional kebangsaan kita di kediaman Pak SBY di Mega Kuningan beberapa hari yang lalu, pembicaraan ini tentunya sangatlah penting, karena materi pembicaraannya adalah tentang perihal prinsip persoalan-persoalan rakyat dan bangsa yang menjadi landasan didirikannya sebuah komitmen untuk berkoalisi menuju pemilihan presiden. Sehingga dari sini kemudian kelak secara jelas program-program dan kebijakan yang berpihak pada keutamaan kepentingan rakyat adalah diatas segalanya.
Kembali ke batik, kedua beliau terlihat keren dan gagah serta kompak menggunakan batik dengan nuansa warna yang sama, perbedaannya adalah pada corak dan makna filosofis yang menyertainya.
Karena penasaran, akhirnya aku search googling googling mister google dan ketemu juga 😆😆

Pak SBY pada momen ini ternyata menggunakan batik dengan motif SIDOMUKTI. Penasaran dengan kandungan makna filosofi batik Sidomukti? Ternyata definisi batik Sidomukti dijabarkan dari asal katanya. Sidomukti berasal dari kata "sido" yang berarti "jadi" atau menjadi atau terus menerus, dan "mukti" yang berarti "mulia" dan sejahtera. Sehingga dapat dipahami bahwa pengertian batik Sidomukti adalah menjadi mulia dan sejahtera. Motif-motif batik berawalan "sido" mengandung harapan agar keinginan dapat segera tercapai. Batik Sidomukti mengandung harapan untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin. Kegunaan batik Sidomukti adalah dalam upacara perkawinan adat Jawa, yakni digunakan pada tahap siraman, kerikan, ijab, dan panggih. Kain batik Sidomukti juga dinamakan kain sawitan atau kain sepasang. Motif batik sidomukti mempunyai makna yang sangat filosofis. Makna tersebut menunjukkan kedalaman pemahaman terhadap unsur budaya lokal. Sampai sekarang nilai-nilai tersebut masih bertahan, sebagaimana tentunya Pak SBY memaknai pertemuan pada malam itu demikian halnya dapat dimengerti sebagaimana batik Sidomukti yang beliau kenakan. Bahwa melalui Batik Sidomukti sebagai simbol pengharapan dan doa dituangkan dalam coraknya adalah juga doa dan harapan mayoritas rakyat kebanyakan yang ada dipenjuru Nusantara.

Sebagaimana Pak SBY, Pak Prabowo pun juga pada pertemuan itu sebagai calon penganten tampil dengan busana batik yang penuh makna, untuk menunjukkan siapa beliau yang sesunguhnya, dan pada level mana kualitas dan jati diri yang melekat padanya pun dapat dilihat dari corak bati yang dikenakan yaitu corak dasar PARANG. Batik Parang adalah motif asal Jawa, dengan motif khasnya berbentuk huruf S yang menyambung dan berulang-ulang. Bentuk huruf S yang berulang tersebut memiliki alur diagonal 45°. Konon batik Parang pertama kali diciptakan oleh raja ke-3 Mataram, yaitu Raja Danang Sutawijaya. Motif Parang sendiri terinspirasi ketika Raja Sutawijaya bermeditasi, saat itu ia memperhatikan deburan ombak yang tanpa henti menabrak karang hingga berlubang-lubang. Beberapa makna yang terkandung pada batik Parang sendiri adalah kekuatan mental yang kokoh, kebijaksanaan dan keadilan, dan konsistensi dalam melakukan kebaikan dalam hidup. Khusus untuk Pak PS mengenakan batik dengan motif dasar Parang ternyata sudah menjadi kebiasaan beliau, mungkin sudah menjadi kegemaran atau bahkan lebih dalam lagi adalah pilihan jalan hidup. Ga kebayang kira-kira ada berapa banyak koleksi batik Parang dengan aneka rupa di lemari pakaian beliau?😆😆 misalo ukurane cocok nggih kulo nyuwun batik e setunggal Pak, kinten-kinten saget nopo mboten nggih!?😆😆😆😆






Akhirnya dari penampilan kedua beliau, tokoh nasional pencinta batik yang konsisten menyampaikan pesan moral, melalui makna-makna filosofis busana batik yang mereka kenakan, sesunguhnya berisikan doa, harapan dan impian mulia yang menjadi tujuan berbangsa
dan bernegara kita, aku berkeyakinan keberadaan beliau berdua adalah juga harapan, doa dan impian sebagian besar rakyat Indonesia sekarang sampai kelak kemudian nanti. AMIN.
 
(JS)