Showing posts with label kemaslahatan. Show all posts
Showing posts with label kemaslahatan. Show all posts

Thursday, March 10, 2016

Among Tani Sebagai Kesatuan Hati dan Integritas

Siang itu mobil bututku meluncur santai dikemacetan Kota Malang menuju kearah utara, aku hendak menghabiskan waktu dengan menghirup udara segar di Kota Batu. Meskipun jam sudah menjelang pukul 12.00, tetapi karena masih dimusim  hujan cuacanya tetap sejuk dan tidak terlalu panas. Sengaja aku tidak menggunakan AC dengan membuka jendela mobil, aku menyulut 234 sahabat setia kegemaranku. Jalanan ramai lancar, baik yang menuju kearah Kota Batu dan sebaliknya. Memasuki wilayah Kota Batu aku tolah-toleh kesana kemari, mobilku melaju perlahan, sambil nyetir aku coba amati, bahwa ternyata kota ini sudah banyak berubah, kemajuan perekonomian dan pembangunan seiring-sejalan, jelas tampak disisi kiri dan kanan jalan menuju ke arah kota. Demikian halnya warung, rumah makan, restauran coffe shop, pusat oleh-oleh (tidak ada yang cabang oleh-oleh) banyak berdiri tumbuh bagaikan jamur dimusim hujan. Padahal seingatku bahwa di malam tahun 2016 yang lalu adalah saat terakhir aku mengunjungi kota ini bersama keluarga situasinya masih belum begini amat (mungkin karena waktu itu malam hari).

Memang perkembangan kota batu sebagai salah satu destinasi wisata terpopuler di Jawa Timur adalah berkah bagi sebagian besar wilayah Malang Raya, ini bisa dilihat di Kota Malang saja, bahwa petumbuhan hotel dan home stay di Kota Malang kini sungguh sangat luar biasa, banyak hotel baru dan home stay menjadi salah satu usaha rumahan yang bagus untuk saat ini, dan sekarang ini masih banyak lagi yang sedang dalam proses pembangunan, denger-denger katanya masih banyak investor dibidang perhotelan yang mencari lokasi strategis untuk didirikan hotel lagi, hmmmmm berkat Kota Batu wajah Malang Raya kini sebagian besar banyak berubah, dan sejalan itu Pemerintah Daerah-nyapun terus berbenah seakan tak mau kehilangan momentum untuk melakukan yang terbaik di eranya masing-masing, kecuali pemerintah daerah Kabupaten Malang, yang meskipun pemerintahnya mendapatkan banyak ragam sertifikat dan predikat akan tetapi pembangunan ekonomi, sosial dan kemasyarakatannya masih sangat jauh tertinggal, ini terbaca dari masih tingginya angka pengiriman tenaga kerja keluar negeri, tingginya angka perceraian dan masih banyaknya anak usia sekolah yang tidak dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, terutama karena hambatan perekonomian (bahkan ada kecamatan yang tidak mempunyai sekolah tingkat SLTA, yang kadang kalupun ada itu adalah sekolah swasta dibawah lembaga dan yayasan yang keuangannya lebih sering kembang kempis kayak jantungku dibandingkan jantung para pejabatnya mungkin heheheh), serta sedikitnya lapangan kerja bagi angkatan kerja yang kian hari terus bertambah. Disi lain dikenal bahwa wilayah Kabupaten Malang adalah yang terluas diseluruh Jawa Timur dan memiliki potensi wisata yang sangat besar dan luar biasa, khususnya wisata bahari dengan pantai yang indah sepanjang pesisir yang berhadapan langsung dengan pantai selatan Pulau Jawa. Interkoneksi dari satu obyek wisata ke obyek wisata yang lain sangatlah memprihatinkan, jalan makadam, bahkan ada yang sama sekali tidak ada jalan selain jalan tanah tak berbatu, yang lebih membuat prihatin adalah masih banyaknya desa dan kampung sepanjang pesisir pantai yang belum tersentuh pembangunan dan kemajuan (jikapun sedikit ada kemajuan yang baik itu semata-mata karena pembangunan yang digagas oleh Pemprov Jatim yakni Jalan Lintas Selatan, yang membentang dari Kabupaten Blitar sampai ke Kabupaten Banyuwangi, yang pembangunannya masih terus berlangsung secara bertahap), perkampungan miskin yang gelap dan jauh dari teknologi. Belum lagi dengan sangat minimnya ketersediaan fasilitas wisata, sebagaimana layaknya obyek wisata yang banyak dikunjungi wisatawan (masa ada pantai yang banyak pengunjungnya namun tidak mempunyai toilet dan kamar ganti), jadi jelas terlihat bahwa pemerintahan dikawasan ini sepertinya gagal menggaet investor masuk melakukan investasi  untuk dapat bersama-sama dengan seluruh elemen yang ada membangun kawasan yang begitu luas nan indah itu, yang tujuan utamanya adalah untuk kesejahteraan masyarakat Kabupaten Malang.


Kembali dengan perjalananku; di Kota Batu aku berhenti dijalan utama menuju ke balai kota, disalah satu warung pecel yang dahulu menjadi langgananku, selesai menikmati sepiring makan siang, aku meneruskan perjalan terus naik kearah Balai Kota Batu, dan ketika sudah melewati Hotel Kartika Wijaya Batu betapa aku terpana. Untuk menjawab rasa penasaranku aku bergegas mencari tempat parkir, sterusnya menelusuri trotoar dan menemukan tempat duduk yang adem. Dihadapanku diseberang jalan, tanah luas yang dahulu tempat berdiri kokoh konstruksi hotel yang gagal dibangun akibat krismon pada tahun  1998-1999, kini dilokasi yang sama berdiri bangunan megah, bangunan ini tak lain adalah Kantor Walikota Batu yang diberi nama “Pendopo Among Tani” demikian tertulis disana. Membaca papan nama gedung ini membuat aku tersenyum, karena Kota Batu kini memang sudah sangat jauh berbeda dengan dahulu. Pemkot Batu dibawah Pimpinan Eddy Rumpoko sebagai Walikota kini benar-benar terlihat bersinar dan kinclong dalam segala aspek kehidupannya. Baik itu kehidupan ekonomi, sosial, budaya, agama, pendidikan, kehidupan politik  dan demokrasinya dan seterusnya, kemajuan disegala aspek inilah yang membuat setiap orang yang hidup dan berada di kota ini terlihat sehat dan selalu menyapa ramah kepada siapa saja.

Keberadaan Pendopo Among Tani ini sepertinya sebuah monumen yang meneguhkan integritas serta komitmen yang dimiliki oleh sang Walikota dan masyarakatnya, meneguhkan keberadaan Kota Batu sebagai sebuah kota kecil dengan masyarakat tani yang hidupnya kini lebih bersinar yang telah berhasil juga “berprestasi” dalam segala aspek kehidupannya. Keberadaan gedung pemerintahan ini terlihat digagas sedemikian rupa untuk benar-benar bisa dimiliki oleh rakyat mBatu, tanpa pagar dan sekat yang cenderung melambangkan keangkuhan kekuasaan, taman yang luas ditata indah, tempat bermain yang indah dan sehat bagi anak-anak, ditambah dengan Masjid yang sangat representatif untuk dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat dan wisatawan yang berkunjung ke Kota Wisata Batu untuk menunaikan segala urusannya masing-masing dengan Allah. Kesemuanya itu menyadarkanku bahwa 8 tahun Kota Batu bekerja keras siang dan malam, bahu membahu dibawah kepemimpinan Eddy Rumpoko,  dengan PAD dan APBD yang pas-pasan kini telah membuahkan hasil yang nyata. Menghadirkan mimpi dan harapan senyata-nyatanya dalam keseharian rakyat Batu. Konon  berdirinya Pendopo ini adalah murni dibiayai oleh APBD Kota Batu selama hampir 5 tahun anggaran,  sampai saat ini tidak ada sedikitpun bantuan dari APBD Prov. Jatim dan APBN yang masuk dan menempel dibagian manapun di gedung ini. Artinya bahwa gedung ini bisa berdiri megah sekali lagi adalah karena dan merupakan wujud nyata dari kristalisasi keringat seluruh rakyat mBatu.
Sehingga tidak berlebihan jika oleh Walikota nya, wong mBatu kini diberikan penghargaan sekaligus kehormatan dengan memberi nama Pendopo Among Tani itu tadi. Demikian kira-kira imajinasiku membawaku ngelantur terkait lahir dan diberinya gedung ini nama Pendopo Among Tani, yah mudah-mudahan suatu saat aku berkesempatan untuk mengkonformasikannya kepada Beliau Pak Wali. Tak terasa ketertegunanku disapa oleh angin senja yang dingin, segera aku beranjak menuju kearah payung untuk menikmati secangkir kopi dan jagung bakar rasa nano-nano sambil menikmati kota yang terus bersolek menuju Kota Wisata Batu sebagai destinasi wisata kelas dunia.

Upsss...ada yang lupa, menatap gedung ini dan gedung-gedung pemerintahan di Kota Batu pada umumnya, jangan harap sahabat bisa menemukan warna yang mencerminkan sikap dan pandangan politik Sang Walikota, anda akan kecewa karena tak akan pernah menemukannya; dalam banyanganku seakan Beliau berkata gedung ini dan diriku sepenuhnya milik wong mBatu.





Salam

Friday, January 29, 2016

Pelajaran Hidup dan Kehidupan

Ada banyak orang yang dengan sadar ataupun tidak merasa bahwa dirinya telah lulus dari berbagai macam hal terkait tentang hidup. Merasa bahwa apa yang sudah diputuskan dan dilakukan adalah yang paling benar dan baik, tanpa berusaha untuk menimbangnya kembali, dengan lebih seksama dan dalam, benarkah yang dilakukan adalah yang terbaik? Kadang karena situasi pada saat memutuskan dan seluruh hal juga peristiwa yang melatarbelakanginya, kita beranggapan bahwa itu adalah yang terbaik (minimal pada saat itu), padahal hidup tidaklah demikian. Hidup dan kehidupan ini akan terus berjalan dan harus berjalan sekalipun kita dalam memutuskan sesuatu salah ataukah tidak. Maka dari itu berpikir secara jernih dan bertimbang dengan matang adalah sebuah keharusan dalam memutuskan sesuatu terkait hidup dan kehidupan, pun demikian halnya dengan hubungan kemaslahatan dan kekerabatan kita.
Maka dari itu hendaklah kita mengenali masalah yang sebenarnya, ini menjadi sangat penting, karena boleh jadi bahwa yang menyebabkan kemarahan dan lain sebagainya, dan yang melatar belakangi sikap dalam memutuskan sebuah persoalan, sebenarnya bukanlah masalah yang sebenarnya, sehingga keputusan yang kita ambil pasti salah, percuma, tak berguna, atau bahkan hanya akan mendatangkan masalah yang lebih pelik berikutnya. Banyak masalah antar sesama yang kadang tidak terselesaikan atau bahkan menjadi parah oleh karena kegagalan kita dalam memahami konsep dasarnya. Sebagai contoh misalnya bahwa problem antara kerabat dan sahabat itu terkadang seperti jerawat. Gejala dari sebuah jerawat adalah tonjolan yang tidak enak dilihat, tapi penyebabnya adalah infeksi di bawah kulit. Begitu juga, konflik yang menyebalkan antara kerabat dan sahabat sering kali hanyalah gejala, bukan masalah sebenarnya. Kita mungkin bisa mengatasi jerawat dengan memencetnya. Tapi, itu hanya membereskan gejalanya dan bisa meninggalkan bekas atau memperparah infeksinya. Tindakan yang lebih baik adalah mengatasi infeksinya sehingga itu tidak menyebar. Demikian pula halnya dengan problem dalam pergaulan internal dan ekternal kita. Cari tahu penyebabnya, sehingga yang kita pikirkan bukan insidennya melainkan akar problemnya. Nasihat bijak Raja Salomo, adalah