Judul diatas adalah benar adanya, tidak ada satupun diantara kita (insyallah) mengingkari hal tersebut, mengenai judul tulisan kali ini sudah ditegaskan sejak jamannya nabi-nabi, dan kita wajib mengimaninya dan mengaminkannya sekarang dan selamanya demikian.
Tetapi apakah seiring berjalannya waktu sikap, prilaku, dan ungkapan syukur kita selalu sejalan dengan semangat tersebut? hem... jawabnya yang paling fair adalah some time..., karena mungkin menurut anak muda sekarang some time itu gue geto lo......!
Lalu bagaimana halnya dengan Bapak kita, Ayah kita, Papa kita? apakah kemudian dia akan berlalu begitu saja bersama waktu seiring dengan semakin kecilnya perannya dalam hari-hari kita karena kita telah tumbuh dan menjadi "dewasa"? dia lalu bisa kita abaikan begitu saja? dia lalu bisa kita nilai dan hakimi semaunya kita sendiri tanpa pernah mempertimbangkan situasi, keadaan dia disaat itu, disaat kita masih ngompol dan belum ngerti apa-apa lalu sekarang kita bersikap sakan-akan kitalah yang paling mengerti akan semua dan lain sebagainya disaat kita sudah seperti sekarang, hanya karena ketidak adilannya (menurut kita) diantara kita saudara ber saudara, diantara keluarga ber keluarga, kita marah kita dendam, kita menjadikannya enemy dalam hidup sekalipun cuma dibathin (karena takut malu jika diukapkan, sebab walau bagaimana menjadi pendemdam terlebih dendam terhadap keadaan dan orang yang "membuat" kita ada, sekalipun ini jamannya edan, tetapi untuk hal seperti itu malah dianggap orang edan), karena menurut kita dia adalah sosok yang keras atau bahkan menurut kita sering membuat kita malu diantara pergaulan yang kita miliki sekarang diantara orang-orang yang sukses?
Showing posts with label saudara. Show all posts
Showing posts with label saudara. Show all posts
Thursday, February 4, 2016
Sorga Ada Dibawah Telapak Kaki Ibu (2)
Label:
air,
Allah,
anak,
anak muda,
ayah,
bapak,
ibu,
kaki,
papa,
saudara,
sorga,
susu,
telapak,
telapak kaki,
Tuhan
Friday, January 29, 2016
Pelajaran Hidup dan Kehidupan
Ada banyak orang yang dengan sadar ataupun tidak merasa bahwa dirinya telah lulus dari berbagai macam hal terkait tentang hidup. Merasa bahwa apa yang sudah diputuskan dan dilakukan adalah yang paling benar dan baik, tanpa berusaha untuk menimbangnya kembali, dengan lebih seksama dan dalam, benarkah yang dilakukan adalah yang terbaik? Kadang karena situasi pada saat memutuskan dan seluruh hal juga peristiwa yang melatarbelakanginya, kita beranggapan bahwa itu adalah yang terbaik (minimal pada saat itu), padahal hidup tidaklah demikian. Hidup dan kehidupan ini akan terus berjalan dan harus berjalan sekalipun kita dalam memutuskan sesuatu salah ataukah tidak. Maka dari itu berpikir secara jernih dan bertimbang dengan matang adalah sebuah keharusan dalam memutuskan sesuatu terkait hidup dan kehidupan, pun demikian halnya dengan hubungan kemaslahatan dan kekerabatan kita.
Maka dari itu hendaklah kita mengenali masalah yang sebenarnya, ini menjadi sangat penting, karena boleh jadi bahwa yang menyebabkan kemarahan dan lain sebagainya, dan yang melatar belakangi sikap dalam memutuskan sebuah persoalan, sebenarnya bukanlah masalah yang sebenarnya, sehingga keputusan yang kita ambil pasti salah, percuma, tak berguna, atau bahkan hanya akan mendatangkan masalah yang lebih pelik berikutnya. Banyak masalah antar sesama yang kadang tidak terselesaikan atau bahkan menjadi parah oleh karena kegagalan kita dalam memahami konsep dasarnya. Sebagai contoh misalnya bahwa problem antara kerabat dan sahabat itu terkadang seperti jerawat. Gejala dari sebuah jerawat adalah tonjolan yang tidak enak dilihat, tapi penyebabnya adalah infeksi di bawah kulit. Begitu juga, konflik yang menyebalkan antara kerabat dan sahabat sering kali hanyalah gejala, bukan masalah sebenarnya. Kita mungkin bisa mengatasi jerawat dengan memencetnya. Tapi, itu hanya membereskan gejalanya dan bisa meninggalkan bekas atau memperparah infeksinya. Tindakan yang lebih baik adalah mengatasi infeksinya sehingga itu tidak menyebar. Demikian pula halnya dengan problem dalam pergaulan internal dan ekternal kita. Cari tahu penyebabnya, sehingga yang kita pikirkan bukan insidennya melainkan akar problemnya. Nasihat bijak Raja Salomo, adalah
Maka dari itu hendaklah kita mengenali masalah yang sebenarnya, ini menjadi sangat penting, karena boleh jadi bahwa yang menyebabkan kemarahan dan lain sebagainya, dan yang melatar belakangi sikap dalam memutuskan sebuah persoalan, sebenarnya bukanlah masalah yang sebenarnya, sehingga keputusan yang kita ambil pasti salah, percuma, tak berguna, atau bahkan hanya akan mendatangkan masalah yang lebih pelik berikutnya. Banyak masalah antar sesama yang kadang tidak terselesaikan atau bahkan menjadi parah oleh karena kegagalan kita dalam memahami konsep dasarnya. Sebagai contoh misalnya bahwa problem antara kerabat dan sahabat itu terkadang seperti jerawat. Gejala dari sebuah jerawat adalah tonjolan yang tidak enak dilihat, tapi penyebabnya adalah infeksi di bawah kulit. Begitu juga, konflik yang menyebalkan antara kerabat dan sahabat sering kali hanyalah gejala, bukan masalah sebenarnya. Kita mungkin bisa mengatasi jerawat dengan memencetnya. Tapi, itu hanya membereskan gejalanya dan bisa meninggalkan bekas atau memperparah infeksinya. Tindakan yang lebih baik adalah mengatasi infeksinya sehingga itu tidak menyebar. Demikian pula halnya dengan problem dalam pergaulan internal dan ekternal kita. Cari tahu penyebabnya, sehingga yang kita pikirkan bukan insidennya melainkan akar problemnya. Nasihat bijak Raja Salomo, adalah
Label:
adab,
adik,
akhlak,
hidup,
kakak,
kehidupan,
kemaslahatan,
kerabat,
pelajaran,
sahabat,
salih,
salihah,
saudara
Subscribe to:
Posts (Atom)