Mengutip Sujiwo Tejo Presiden Tjancukers: “menghina Tuhan
itu ngapain harus membakar kitabNya, khawatir besok tidak bisa makan juga sama
dengan menghina Tuhan”. Benarkah? Sebagai orang yang beriman tentu kita punya
kewajiban untuk mengatakan bahwa Presiden
ini benar adanya; bahwa selama ini kita memang benar-benar terlalu khawatir
(banyak hal yang mebuat kita khawatir seolah-olah Tuhan tak pernah hadir dan
ada), saking sibuknya khawatir sampai-sampai entah sadar atau tidak setiap hari kita
terjebak dalam kekhawatiran yang tidak berujung.
Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemahaan Tuhan itu ternyata
sering kali masih sebatas lips service semata, kita hanya ikut-ikutan sekedar
untuk menunjukkan bahwa kita mempunyai keyakinan (seolah-olah) padahal
sesungguhnya kita sangat tidak yakin. Yakin akan ke Esaan Tuhan dan ke Mahaannya
tidak lantas membuat kita berpangku tangan dalam diam (pasrah bongkokan),
karena jika demikian maka sama juga artinya bahwa kita sedang mengharap hujan turun
dari atas langit disaat kemarau panjang dan langit terang benderang. Atau mungkin
sama juga dengan bagaikan sipungguk merindukan bulan.