Showing posts with label kegaduhan. Show all posts
Showing posts with label kegaduhan. Show all posts

Tuesday, January 26, 2016

Daripada Pecah Dimulut Lebih Baik Pecah Diperut

Dahulu hingga sekarang, bagi saya adalah istilah untuk menggambarkan identitas, jati diri, komitmen, dedikasi dan loyalitas atas pertemanan serta kesetiakawanan yang saya kenal dan ketahui, juga pegang teguh dimasa-masa saya masih sekolah ditingkat SMA yang ketika itu lebih banyak bergaul di "jalanan" ketimbang duduk manis di rumah sebagai "anak mama".
Dahulu ketika masih suka nongkrong dan melakukan berbagai macam bentuk kenakalan remaja (bahkan terkadang kenakalan orang dewasa) saya memang lebih banyak berkumpul dengan berbagai macam pelaku pelanggar norma dan hukum, terkenang masa-masa itu disebuah ibu kota kabupaten, kota tua kecil, semuanya terasa menjadi begitu mudah dan gampang ada dalam genggaman. Dengan semangat partisipatif dan segala apa yang saya miliki dan tidak miliki saya begitu asyik karena diterima baik bahkan cukup mendapat perhatian dari kalangan tertentu dan terbatas ketika itu, dengan bermodalkan setiakawan, dalam beberapa kesempatan saya terlibat dalam berbagai perkelahian individu dan kelompok, mulai dari kelompok siswa, kelompok gank, kelompok preman dan copet sampai dengan kelompok..., manis sih untuk dikenang terlebih disaat seperti sekarang, karena semuanya itu pada akhirnya dititik tertentu menghantarkan saya pada sebuah perhentian untuk kemudian mengambil hikmah dan kesimpulan dan seterusnya jadilah saya menjadi bukan siapa-siapa sebagaimana pada hari ini, selain daripada diri sendiri.

Sunday, January 17, 2016

Teroris vs Sepatu vs Selfie

Sudah menjadi kebiasaan di masyaraakat dan media (mungkin) bahwa dalam banyak hal dan banyak momentum kita selalu ramai ngeributin yang tidak essensial, ramai ngebahas (dengan porsi yang lebih besar atau sama) hal yang remeh temeh dengan inti persoalan, sehingga pada akhirnya kita abai terhadap substansi mengenai sebab, latar belakang, akibat, penanganan, dan penanggulangannya, kita hanya bisa dengan gagah berani menulis tagar #kamitidaktakut, sebenarnya yang menjadi pokok masalah adalah bukan soal situ takut atau tidak karena situ sebenarnya adalah bagian terpenting yang (se)harusnya dan sudah dilindungi oleh negara.
Yang menjadi pemikiran kita seharusnya adalah, mengapa dari ratusan negara yang ada dimuka bumi ini, jika bahasannya terkait dengan teroris, maka negara kita adalah salah satu yang paling menonjol diantaranya? Entah itu karena banyaknya peristiwa teror yang kemudian memakan korban yang tidak sedikit, ataukah karena adanya dibeberapa wilayah di Indonesia yang dapat dikatakan menjadi "mesin kaderisasi/pusat pelatihan" pelaku teror dengan lahirnya istilah eks pusat pelatihan bla...bla...bla, angkatan bla...bla...bla...., atau sebagaimana kebiasaan pengiriman tenaga kerja keluar negeri (sebagai dampak ekonomi nasional/domestik/regional/lokal yang tidak kunjung membaik) sejalan dengan itu ternyata kita juga termasuk kontributor/principal personil kelompok-kelompok yang sedang bertikai yang ada di negara-negara timur-tengah yang kerap dengan sengaja serta sadar kita kacaukan maksud dan tujuan yang melatarbelakanginya dengan memberi label jihad(is).