Dapat dipahami bahwa falsafah ini dilahirkan sebagai pertanda bahwa hidup itu dinamis
dalam rentang waktu yang tak berbatas dan bertepi (seumur adanya hidup), oleh
karena itu sebagai mahluk dimana kita selalu berinteraksi dengan segala apa
yang ada beserta seluruh hal yang menyertainya, maka sebaiknya hendaklah kita
memahami falasafah ini:
Ojo gumunan:
bentuk larangan untuk tidak mudah kagum atau heran dengan perkembangan keadaan
dan peristiwa atau benda yang terutama bersifat materi dan keduniawian terlebih
dengan perubahan prilaku dari baik menjadi tidak (menurut kita padahal menurut
orang lain belum tentu). Masyarakat kita sekarang ini mudah sekali untuk nggumun
atau kagum terutama dengan berbagai bentuk pemberitaan atau tayangan melalui
media massa. Bentuk kengggumunan dan kekaguman ini sayangnya hanya sebatas nggumun, tanpa pernah mencari tau sebab dan akibatnya melalui sebuah introspeksi,
melihat dan membanding-bandingkannya serta mengandaikan terhadap diri sendiri.
Sebagian besar dari kita hanya menjadi penonton, berdiri di pinggir, bertepuk
tangan, kadang misuh (memaki) dan mengumpat, tanpa pernah bisa ikut menentukan
hasil akhir, sehingga pada tataran tertentu juga harus diartikan bahwa
kita harus berubah untuk lebih baik, selalu memperbaiki diri dan menyesuaikan
diri dengan keaadan dan perubahan keadaan sekitar. Hendaklah kita menjadi
subjek dan bukan sekedar objek.