Monday, March 11, 2019

Jodoh (yang tidak jodoh)


Bang...apakah ia jodohku? 
Bagaimana aku bisa mengetahuinya?

Ada banyak cara dan teori yang berkisah tentang jodoh. Diawali sejak saat pertama jatuh cinta, lalu berpacaran, lalu nikahan semua berjalan normal layaknya hidup berumahtangga pada umumnya. Bahkan ada yang nikah sar’i yang tidak pernah didahului dengan menu pacaran apalagi test food, tetapi kenal langsung ijab. Mereka bilang itu jodoh. 

Sebaliknya saat mereka mulai gagal dalam diplomasi dua arah dan perlahan menuju bubaran, mereka kata bahwa memang mereka bukan jodoh. Lah kog gampangmen, mudah banget jodoh ora jodoh mbok putus sambung sak sirmu dewe?

Ditengah jalan, dengan atau tanpa alasan, entah karena faktor apa, tiba-tiba ada getar cinta yang menyambar, kaget seolah tak percaya, karena merasa telah membentengi diri, kenapa pada akhirnya jebol juga? Padahal secara umum hidup sudah bahagia, bahkan dengan berbagai status sosial dan predikat yang disandang, boleh dibilang sudah mapan dan sukses diatas rata-rata. Ingin rasanya berontak dan berlari, tetapi seluruh indra yang dimiliki tidak merespons demikian dan malah sebaliknya.

Ditengah kebingungan akan keadaan hati dan diri sendiri, terlebih hubungan yang dijalani kian berbahaya dan hampir menepi di bibir jurang kemaluan, setiap perjumpaan tiada yang tidak diisi dengan kegiatan yang sesungguhnya keramat dan hanya boleh dilakukan dengan orang yang sah semata, berkeringat mereka berpacu..., diselingi kesadaran yang kadang memberontak atas realitas cinta yang begitu kuat dan mendalam.

Seiring waktu pada akhirnya kebenaran dan akal sehatlah yang menang, karena mereka keduanya adalah manusia-manusia yang terdidik, kesadaran dan akal sehat membuat mereka mendadak seakan saling tidak memahami,  tidak ada sesuatu yang abadi apalagi beberapa buah kesalahan. Kira-kira begitulah akal sehat menuntun kesadaran mereka berdua pasangan mesum intlektual itu.

Di ujung waktu, mereka mulai bertanya dalam hati, apakah yang mereka lakukan adalah takdir? Bukankah takdir dapat dirubah dengan memperjuangkannya? 
Apakah pertemuan mereka adalah jodoh, sekaligus disaat yang sama berarti tidak jodoh bagi sumpah suci perkawinan mereka dengan suami dan istri masing-masing? 
Dan saat mereka berpisah kini berarti mereka yang haram dan jinah memang tidak jodoh bagi masing-masing dan kembali jodoh bagi suami istri mereka berdua hanya karena si perempuan tidak sampai jadi pelakor dan si laki-laki gagal jadi pebinor?

Ah...cinta tentu tak selalu dan selamanya semudah bait-bait diatas itu. Cinta pastinya kerap lebih rumit dari semua rumus fisika dan math yang bisa dipelajari (meskipun kadang ada yang simpel, sebab katanya cinta itu tak mengenal alasan juga sebab, karena dia kadang memang buta). Jika matematika realistik dan nalariah jelas ada teorinya, sebaliknya cinta, tidak ada yang benar-benar expert dalam sub bidang ini. Semua hanya bisa menerka dan merasakannya dengan dibumbui sedikit logika, bahkan logika yang ngawur sekalipun.

Bang....kog jadi panjang, kan tadi judulnya tentang jodoh?

Iya neng tenanglah, semua pasti akan njodoh pada akhirnya, candaku.

Sesungguhnya jodoh itu tidak relefan bila diukur atas dasar tepat atau tidak untuk jangka waktu yang belum dijalani sedang dijalani atau untuk masa yang belum tiba. 
Nah bingungkan...? Aku juga bingung jangan kuatir neng punya temen...hihihi

Sesungguhnya yang lain bahwa sebenarnya jodoh itu adalah seberapa lama api cinta itu dapat kita pertahankan dalam ikatan perkawinan, sampai tiba waktunya api itu padam bahkan sama sekali tidak meninggalkan bara, maka pada saat itu sesunguhnya jodoh telah berakhir...

Bang ada tidak sesungguhnya abang yang lain?

Berusaha berpikir keras, dan sejurus kemudian aku bilang ada!

Alkisah seorang wanita dan pria bersepakat untuk menikah, tanpa ada kata-kata cinta, hanya karena mereka “merasa” saling cocok dan saling melengkapi satu dan lainnya. Waktu terus berjalan mereka melalui penuh kehangatan hingga tak sadar rambut mulai beruban, rupa tak lagi menawan seperti yang dulu, mereka hidup bahagia ditengah berbagai dinamika berumahtangga. Tiba saatnya terjadi sebuah kecelakaan yang mengakibatkan si wanita meninggal dunia. Pria matang dewasa itu menunduk berjalan dalam haru menghantar wanitanya ke kuburan. Setelah jenazahnya dimasukkan kedalam liang lahat, lelaki itu berdiri lama, diam seolah dia tegar dikesendirian, rupanya hatinya dan hati almarhumah mendiang istrinya sedang saling berbisik dan masing-masing hati mereka bicara, sayangku sekarang aku ingin mengatakan sesuatu kepadamu, bahwa aku sangat bahagia selama menjalani hidup bersama denganmu, sungguh aku merasa dan begitu yakin kini akan cinta yang kita miliki, yang selama ini aku tahu tidak pernah kita ucapkan karena kita sama-sama takut saling menyakiti dan kehilangan, terlebih oleh penghianatan. Terimakasih sayank karena cinta kita telah menghantar aku dan kau setia sampai ditepi kubur ini, kita memang “jodoh” dan tidak ada keraguan lagi sedikit pun tentang itu bahwa betul engkau adalah jodohku.

Bang terimakasih ya...

Iya neng sama-sama, 
hiduplah berbahagia dan buktikan semuanya nanti ditepi kubur mu atau kuburnya, pria yang mana itu? Sisanya dari tepi kubur itu mundur waktu ke belakang teruuuus sampai dengan waktumu hari ini, yang terpenting adalah, lakukan yang terbaik dan yakinkan dirimu tak pernah salah merasakan yang ada.

END CHAT
(rupanya si neng wes bablas)
😊😊😊


No comments:

Post a Comment