Bang...apakah ia jodohku?
Bagaimana aku bisa mengetahuinya?
Ada banyak cara dan teori yang berkisah tentang jodoh.
Diawali sejak saat pertama jatuh cinta, lalu berpacaran, lalu nikahan semua
berjalan normal layaknya hidup berumahtangga pada umumnya. Bahkan ada yang
nikah sar’i yang tidak pernah didahului dengan menu pacaran apalagi test food,
tetapi kenal langsung ijab. Mereka bilang itu jodoh.
Sebaliknya saat mereka
mulai gagal dalam diplomasi dua arah dan perlahan menuju bubaran, mereka kata
bahwa memang mereka bukan jodoh. Lah kog
gampangmen, mudah banget jodoh ora jodoh mbok putus sambung sak sirmu dewe?
Ditengah jalan, dengan atau tanpa alasan, entah karena faktor
apa, tiba-tiba ada getar cinta yang menyambar, kaget seolah tak percaya, karena
merasa telah membentengi diri, kenapa pada akhirnya jebol juga? Padahal secara
umum hidup sudah bahagia, bahkan dengan berbagai status sosial dan predikat yang
disandang, boleh dibilang sudah mapan dan sukses diatas rata-rata. Ingin rasanya
berontak dan berlari, tetapi seluruh indra yang dimiliki tidak merespons
demikian dan malah sebaliknya.
Ditengah kebingungan akan keadaan hati dan diri sendiri,
terlebih hubungan yang dijalani kian berbahaya dan hampir menepi di bibir
jurang kemaluan, setiap perjumpaan tiada yang tidak diisi dengan kegiatan yang
sesungguhnya keramat dan hanya boleh dilakukan dengan orang yang sah semata,
berkeringat mereka berpacu..., diselingi kesadaran yang kadang memberontak atas
realitas cinta yang begitu kuat dan mendalam.
Seiring waktu pada akhirnya kebenaran dan akal sehatlah yang
menang, karena mereka keduanya adalah manusia-manusia yang terdidik, kesadaran
dan akal sehat membuat mereka mendadak seakan saling tidak memahami, tidak ada sesuatu yang abadi apalagi beberapa
buah kesalahan. Kira-kira begitulah akal sehat menuntun kesadaran mereka berdua
pasangan mesum intlektual itu.
Di ujung waktu, mereka mulai bertanya dalam hati, apakah
yang mereka lakukan adalah takdir? Bukankah takdir dapat dirubah dengan
memperjuangkannya?
Apakah pertemuan mereka adalah jodoh, sekaligus disaat yang
sama berarti tidak jodoh bagi sumpah suci perkawinan mereka dengan suami dan
istri masing-masing?
Dan saat mereka berpisah kini berarti mereka yang haram
dan jinah memang tidak jodoh bagi masing-masing dan kembali jodoh bagi suami
istri mereka berdua hanya karena si perempuan tidak sampai jadi pelakor dan si
laki-laki gagal jadi pebinor?
Ah...cinta tentu tak selalu dan selamanya semudah bait-bait
diatas itu. Cinta pastinya kerap lebih rumit dari semua rumus fisika dan math
yang bisa dipelajari (meskipun kadang ada yang simpel, sebab katanya cinta itu
tak mengenal alasan juga sebab, karena dia kadang memang buta). Jika matematika
realistik dan nalariah jelas ada teorinya, sebaliknya cinta, tidak ada yang
benar-benar expert dalam sub bidang ini. Semua hanya bisa menerka dan
merasakannya dengan dibumbui sedikit logika, bahkan logika yang ngawur
sekalipun.
Bang....kog jadi panjang, kan tadi judulnya tentang jodoh?
Iya neng tenanglah, semua pasti akan njodoh pada akhirnya, candaku.
Sesungguhnya jodoh itu tidak relefan bila diukur atas dasar
tepat atau tidak untuk jangka waktu yang belum dijalani sedang dijalani atau
untuk masa yang belum tiba.
Nah bingungkan...? Aku juga bingung jangan kuatir
neng punya temen...hihihi
Sesungguhnya yang lain bahwa sebenarnya jodoh itu adalah
seberapa lama api cinta itu dapat kita pertahankan dalam ikatan perkawinan,
sampai tiba waktunya api itu padam bahkan sama sekali tidak meninggalkan bara,
maka pada saat itu sesunguhnya jodoh telah berakhir...
Bang ada tidak sesungguhnya abang yang lain?
Berusaha berpikir keras, dan sejurus kemudian aku bilang ada!
Alkisah seorang wanita dan pria bersepakat untuk menikah, tanpa
ada kata-kata cinta, hanya karena mereka “merasa” saling cocok dan saling
melengkapi satu dan lainnya. Waktu terus berjalan mereka melalui penuh kehangatan
hingga tak sadar rambut mulai beruban, rupa tak lagi menawan seperti yang dulu,
mereka hidup bahagia ditengah berbagai dinamika berumahtangga. Tiba saatnya
terjadi sebuah kecelakaan yang mengakibatkan si wanita meninggal dunia. Pria
matang dewasa itu menunduk berjalan dalam haru menghantar wanitanya ke kuburan.
Setelah jenazahnya dimasukkan kedalam liang lahat, lelaki itu berdiri lama,
diam seolah dia tegar dikesendirian, rupanya hatinya dan hati almarhumah
mendiang istrinya sedang saling berbisik dan masing-masing hati mereka bicara,
sayangku sekarang aku ingin mengatakan sesuatu kepadamu, bahwa aku sangat
bahagia selama menjalani hidup bersama denganmu, sungguh aku merasa dan begitu
yakin kini akan cinta yang kita miliki, yang selama ini aku tahu tidak pernah
kita ucapkan karena kita sama-sama takut saling menyakiti dan kehilangan, terlebih oleh penghianatan. Terimakasih sayank karena cinta kita telah
menghantar aku dan kau setia sampai ditepi kubur ini, kita memang “jodoh” dan
tidak ada keraguan lagi sedikit pun tentang itu bahwa betul engkau adalah
jodohku.
Bang terimakasih ya...
Iya neng sama-sama,
hiduplah berbahagia dan buktikan
semuanya nanti ditepi kubur mu atau kuburnya, pria yang mana itu? Sisanya dari
tepi kubur itu mundur waktu ke belakang teruuuus sampai dengan waktumu hari ini,
yang terpenting adalah, lakukan yang terbaik dan yakinkan dirimu tak pernah
salah merasakan yang ada.
END CHAT
(rupanya si neng wes bablas)
😊😊😊
No comments:
Post a Comment