Tuesday, March 29, 2016

Istri dan Rejeki (ngerjekeni) sebab Menikah Hakekatnya Adalah Pembuka Pintu Rejeki


"Selama aku menikah dengannya selama itu pula aku banting tulang bekerja siang dan malam demi untuk menopang ekonomi rumah tangga" (seorang istri) berkata demikian kepada sahabatnya. Tetapi dia tidak pernah bilang bahwa hutang mereka yang ada dimana-mana itu kerapkali bisa mereka selesaikan karena perjuangan suami yang berhasil mendapatkan rejeki besar yang memang tidak setiap saat bisa dia dapatkan.

Sepenggal kalimat diatas adalah potret kehidupan nyata di dalam banyak rumah tangga jaman sekarang, khususnya suami atau istri yang masih belum mengerti tentang makna dan kewajiban mereka tentang ‘Rasa Bersyukur’ dalam banyak hal dan peristiwa hidup. Istri yang mendapatkan gaji lebih besar tidaklah pantas bila hal tersebut membuat isteri 'besar kepala' dan suami 'berkecil hati' dan tidak bisa menghargai suami dengan banyak mengeluh dan membuka aib suami (sama juga membuka aib rumah tangga dan memberi peluang pihak lain ikut masuk kedalamnya), malah sebaliknya yang mestinya terjadi adalah suami 'berbesar hati' dan istri 'berkecil kepala', karena rejeki yang mereka peroleh (dari tangan istri dan dipergunakan untuk menjaga kesinambungan perekenomian kelaurga) adalah sedekahnya istri bagi rumah tangga dan menjadikan amal kebaikan bagi dirinya.
Karena di dalam perkawinan bahwa rejeki bisa terjadi oleh sebab ada keluarga, bukan karena salah satu pihak semata (demikian sebaliknya bila rejekinya seret dan mampet), sebab anda tidak akan berarti apapun tanpa kehadiran mereka anggota keluarga yang lain.

Pernikahan merupakan sunnah yang diagungkan oleh Allah. Selain mencari ridha-Nya, menikah juga menjadi salah satu jalan sebagai pembuka pintu rezeki. Allah senantiasa mencukupkan rezeki pasangan yang sudah menikah, meski hanya salah satu dari keduanya yang bekerja. Dan pada kenyataannya, tidak hanya dengan bekerja saja pasangan suami istri bisa mendatangkan rezeki. Namun dengan memperbaiki akhlak serta memperbanyak berbuat baik, maka dengan mudah rezeki akan sering datang kepada sebuah keluarga.
Jika biasanya suami bertanggungjawab mencari nafkah, maka istri pun memiliki tanggungjawab lain yang tidak kalah penting. Perilaku seorang istri ternyata akan berdampak terhadap sedikit atau banyaknya rezeki yang didapatkan suami. Dengan mengenali ciri istri berikut, pasangan keluarga bisa memperbaiki rezeki yang mungkin saja tersendat selama ini.

1. Wanita yang Taat Pada Allah dan Rasul-Nya
Sebelum menikahi seorang wanita, pria haruslah mempertimbangkan ke empat faktor berikut yaitu karena (1) kecantikannya, (2) keturunannya, (3) hartanya dan (4) agamanya. Namun, dari keempat faktor tersebut faktor agama haruslah yang paling diutamakan. Akan sangat beruntung jika bisa mendapatkan keempat faktor tersebut. Jika mencari wanita dengan faktor agama tentu ia merupakan wanita yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Tidak hanya itu, wanita dengan ciri ini juga akan membawa rumah tangga menuju surga dan membawa ketentraman dalam keluarga. Dengan demikian, keluarga tersebut akan bahagia, tentram, nyaman dan itulah rezeki yang sangat berharga.
Rumah tangga yang dipimpin oleh seorang imam yang sholeh dan didampingi istri sholehah tentu akan menjadikan rumah tangga tersebut mendapat berkah dari Allah SWT. Tidak cukup sampai di situ, pernikahan tersebut juga akan menghasilkan anak-anak yang sholeh dan sholehah, serta mendapatkan keridhaan serta rahmat dari Allah.
2. Wanita yang Taat Pada Suaminya
Jika aku boleh menyuruh seseorang untuk sujud kepada orang lain niscaya aku akan menyuruh seorang isteri untuk sujud kepada suaminya (H.R. Tirmidzi dan Ibnu Majah). Itulah hadist Rasullah mengenai betapa utamanya menjadi istri yang taat kepada suaminya. Menjadi istri yang sholehah haruslah mentaati perintah suaminya selama perintah tersebut tidak bertentangan dengan agama.
Dengan ketaatan tersebut, maka akan membuat hati suami menjadi tenang dan damai. Itulah yang menyebabkan suami mudah dalam menjalankan kewajibannya mencari rezeki yang halal bagi keluarganya. Namun, jika seorang istri tetap ingin berkarir di luar rumah haruslah terlebih dahulu mendapatkan izin dari suaminya. Selain itu, ia juga harus mampu menjaga diri dengan baik di tempat kerja tersebut.
“Laki-laki adalah pemimpin atas wanita karena Allah telah melebihkan sebagian dari mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita) dan dengan sebab sesuatu yang telah mereka (laki-laki) nafkahkan dari harta-hartanya. Maka wanita-wanita yang saleh adalah yang taat lagi memelihara diri di belakang suaminya sebagaimana Allah telah memelihara dirinya”. (Q.S. An Nisa : 34).
3. Wanita yang Melayani Suaminya dengan Baik
Menjadi seorang istri haruslah mengetahui apa saja tugas dan kewajibannya. Menjalankan tugas rumah tangga dan melayani suami dengan baik serta mendidik anak-anaknya merupakan tugas utama seorang istri. Istri yang sholehah selalu berusaha melayani suaminya dengan baik seperti menyiapkan sarapan, menyediakan keperluannya, memenuhi kebutuhan biologis serta menjaga perasaan suami jangan sampai terluka karena sikap istri.
Wanita yang memiliki sikap demikian akan menjadi istri kesayangan suami dan menjadi rekan yang baik dalam mewujudkan rumah tangga yang sakinah dan menarik hal-hal positif ke dalam rumah tangga tersebut. termasuk di dalamnya menarik rezeki yang halal bagi suaminya.

4. Wanita yang Berhias Hanya untuk Suaminya
“Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita salehah” (H.R. Muslim). Wanita adalah makhluk yang suka berhias dan mempercantik diri. Akan tetapi, seorang wanita yang sholehah hanya berhias dan menampakkan perhiasannya tersebut untuk suaminya seorang. Ketika seorang istri selalu dipandang menyenangkan dan mengetahui cara membuat senang suaminya maka malaikat pun ikut berdoa agar Allah memudahkan rezeki datang kepadanya.
5. Jika Ditinggal Menjaga Kehormatan dan Harta Suami
Ketika suami keluar untuk mecari nafkah, maka kewajiban seorang istri yang ditinggalkan adalah harus mampu menjaga kehormatannya. Selain itu, ia juga harus menjaga dirinya dari tamu yang tidak pantas, membatasi keluar rumah apabila urusan tersebut tidak begitu penting. Selain itu, wanita tersebut harus bisa menjaga harta yang ditinggalkan sang suami dan mempergunakannya pada hal-hal yang bermanfaat atas izin suaminya. Wanita yang mempunyai ciri tersebut akan membuat rezeki mudah masuk ke dalam rumahnya sebagai upah dari ketaatannya kepada Allah dan kesetiaannya terhadap suami.
6. Wanita Yang Senantiasa Meminta Ridha Suami Atasnya
Ciri istri pembawa rezeki selanjutnya adalah ia yang senantiasa meminta ridha suami atasnya. Wanita dengan ciri ini tahu bagaimana cara menyenangkan hati sang suami dan bisa menjaga sikap serta prilakunya agar tidak menyinggung serta melukai perasaan suaminya tersebut. Ia selalu berusaha agar suaminya tidak pernah marah terhadapnya. Ia tidak akan tidur dalam keadaan marah atau meninggalkan suami dalam keadaan marah sampai mendapatkan maafnya. Mengajak suami bercanda juga bisa membuat suami senang karena dapat menceriakan perkawinan.
Istri yang demikian itu merupakan istri yang menjadi penghuni surga, Hadist Rasulullah ”Maukah kalian kuberitahu isteri-isteri yang menjadi penghuni surga yaitu isteri yang penuh kasih sayang, banyak anak, selalu kembali kepada suaminya, dimana jika suaminya marah dia mendatangi suaminya dan meletakkan tangannya pada tangan suaminya seraya berkata ” Aku tak dapat tidur sebelum engkau ridha” (H.R.An Nasai). Isteri seperti ini adalah isteri yang dimudahkan rezekinya melalui tangan suaminya karena amalan dan kesetiaan pada suaminya,
7. Wanita yang Menerima Pemberian Suami Dengan Ikhlas
Ciri istri pembawa rezeki selanjutnya adalah ia yang tidak pernah mengeluh pemberian dari suaminya. Wanita ini selalu menerima dengan ikhlas serta menghargai apapun yang diberikan suami kepadanya. Ia selalu bersyukur atas apa yang diperoleh suaminya meskipun hanya sedikit. Wanita yang senantiasa bersyukur dan ikhlas ini rezekinya senantiasa akan bertambah baik kuantitas maupun keberkahan yang akan diberikan Allah kepadanya ataupun melalui suaminya.
8. Wanita yang Bisa Menjadi Partner Meraih Ridha Allah
Istri yang menjadikan rumah tangganya sebagai lahan ibadah dan pengabdian diri kepada Allah bisa menjadi rekan diskusi yang berimbang bagi suaminya. Tidak hanya itu, ia juga bisa melakukan koreksi dan menyampaikannya dengan lembut kepada suaminya. Selain itu, wanita yang memiliki ciri ini juga bisa menjadi motivator suami untuk meraih kesuksesan di dunia dan akhirat. Itulah yang menyebabkan munculnya kalimat “di balik pria yang sukses ada wanita hebat di belakangnya”.
9. Wanita yang Tak Pernah Putus Doa Untuk Suaminya
Ciri wanita pembawa rezeki yang terakhir adalah wanita yang selalu menerima takdir Allah namun tetap berusaha dengan mendoakan suami dan anak-anaknya agar sukses di dunia dan akhirat. Rutinitas berdoa tidak pernah terputus dari wanita ini, menjadi penghias bibir setelah menjalankan ibadah sholat. Wanita seperti inilah yang akan mendatangkan rezeki kepada suaminya karena selalu melibatkan Allah pada setiap langkah suaminya lewat doa yang diucapkan setiap hari.

Itulah 9 ciri istri pembawa rezeki bagi suaminya. Maka beruntunglah lelaki yang mendapatkan istri dengan ciri-ciri tersebut. Akan tetapi, apabila belum mendapatkan istri yang demikian adalah kewajiban suami untuk mendidik istrinya agar selalu berada di jalan Allah serta membawa rumah tangga tersebut ke surga-Nya.

Konon, membahagiakan istri mampu jadi salah satu pembuka pintu rezeki yang paling lebar buat keluarga, benarkah? Apa hubungannya kelancaran rezeki dgn kebahagiaan istri? ini rahasianya…

1. Mood baik istri mampu menular terhadap seluruhnya anggota keluarga. Membahagiakan istri, sama dengan membahagiakan seluruhnya anggota keluarga. Dikala istri menjalani hidup bersama dengan pemikiran yang positif, maka sama artinya seluruh anggota keluarga menjalani hidup dengan positif.
2. Istri yang bahagia dan senantiasa bersyukur dapat menarik hal-hal yang positif ke dalam rumah tangga, karena sesungguhnya Allah memberikan lebih banyak terhadap mereka yang bersyukur.
3. Istri yang bahagia bakal menjadi partner yang baik untuk suami mencari rezeki ataupun jadi ruang pulang yang menenangkan sesudah suami mencari rezeki. Akhirnya, suami bakal kembali semangat mencari rezeki keesokan harinya. Istri yang bahagia bersama suaminya dapat senantiasa mensupport suaminya dalam kondisi apapun, maka suami tak sempat kehilangan dukungan walau dikala paling susah sekalipun. Dengan begini, suami sanggup miliki semangat buat senantiasa bangkit lagi tiap-tiap menghadapi kesusahan.
4. Istri yang bahagia akan diandalkan buat membina anak-anak jadi anak yang bahagia dan bermanfaat. Rezeki dapat datang darimana saja, termasuk juga dari anak. Rezeki bukan cuma berupa duit, tetapi juga berupa anak-anak sholeh dan sholehah yang menemui orangtuanya dengan wajah bahagia tiap-tiap hari.

Nah, itulah alasannya mengapa istri yang bahagia sanggup memperngaruhi kelancaran rezeki. Kebahagiaan istri sanggup menular terhadap kebahagiaan suami dan seluruh anggota keluarga, yang kemudian membuat suami mampu mempunyai energi positif untuk bekerja tambah baik lagi dalam mencari rezeki.
Mudah-mudahan pernikahan sahabat semua menjadi pernikahan sakinah mawaddah warahmah dan dikaruniai anak-anak yang shalih shalihah. Dan semoga sahabat tidak pernah terucap sekalipun di dalam hati apalagi kata-kata tentang penyesalan memilihnya sebagai suami ataupun istri, hanya karena kondisinya saat ini (terlebih setelah mempunyai anak satu dua tiga apalagi empat) karena itu tidak akan menjadikan keadaan dan rejeki menjadi semakin baik, sebaliknya hanya akan mempercepat kita terhantar pada kesulitan yang lebih besar lagi.

Slamat malam dan Slamat menikmati hidup.
Salam.

Saturday, March 26, 2016

"Gus Mus: Kurang Ajare Nemen Banget!"


Tulisan berikut ini sebenarnya hanya repost dari beritateratas.com, kenapa aku repost? Alasan Pertama; adalah karena aku memang sangat mengagumi Beliau Gus Mus, baik sebagai seniman terlebih sebagai Ulama. Kedua; adalah karena aku sangat suka/setuju dengan buah pikiran beliau yang ditulis oleh media tersebut.

Rais Aam PBNU KH. A. Mustofa Bisri mengaku prihatin dengan sejumlah kelompok yang kerap memanfaatkan agama demi kepuasan nafsu politiknya. Selain mencoreng citra agama, sikap ini merupakan cermin ketidakmampuan mengenali Tuhannya.

Kiai yang akrab dipanggil Gus Mus ini berpendapat, mengikutsertakan agama untuk kepentingan tertentu, seperti kampanye politik adalah tindakan berlebihan.
“Gusti Allah diajak kampanye. Kebangetan tenan, kurang ajare nemen banget. Gusti Allah kok diajak kampanye. kalau gak bisa berpolitik, ya nggak usah berpolitik lah” tegas  Gus Mus
Menurutnya, perilaku keberagamaan harus ditunjukkan secara sederhana dan bijaksana. Tak cukup mengandalkan semangat mencintai Allah, tanpa disertai pengenalan secara mendalam tentang Allah.

”Kita lihat kembali, Allah itu apa? Jangan-jangan kita Allahu Akbar Allahu Akbar tapi nggak tahu Allah itu segede apa. Atau jangan-jangan kita selalu bilang Allahu Akbar tapi pikiran kita sama sekali tidak ke Allah” tegas kiai asal Rembang, Jawa Tengah ini.

Bagi Gus Mus, mencintai Allah tanpa mengenalinya hanya berbuntut pengagungan pendapat sendiri. Akibatnya, yang bersangkutan menganggap perlu mengadakan pembelaan kepada Tuhan, termasuk dengan jalan kekerasan.
Lha wong agama kok dibuat ngerusak. Itu kan aneh bin ajaib. Gusti Allah itu ar-Rahman, ar-Rahim, al-Lathif. Lha kok ngerusakan, iku piye? tuturnya.






Thursday, March 10, 2016

Among Tani Sebagai Kesatuan Hati dan Integritas

Siang itu mobil bututku meluncur santai dikemacetan Kota Malang menuju kearah utara, aku hendak menghabiskan waktu dengan menghirup udara segar di Kota Batu. Meskipun jam sudah menjelang pukul 12.00, tetapi karena masih dimusim  hujan cuacanya tetap sejuk dan tidak terlalu panas. Sengaja aku tidak menggunakan AC dengan membuka jendela mobil, aku menyulut 234 sahabat setia kegemaranku. Jalanan ramai lancar, baik yang menuju kearah Kota Batu dan sebaliknya. Memasuki wilayah Kota Batu aku tolah-toleh kesana kemari, mobilku melaju perlahan, sambil nyetir aku coba amati, bahwa ternyata kota ini sudah banyak berubah, kemajuan perekonomian dan pembangunan seiring-sejalan, jelas tampak disisi kiri dan kanan jalan menuju ke arah kota. Demikian halnya warung, rumah makan, restauran coffe shop, pusat oleh-oleh (tidak ada yang cabang oleh-oleh) banyak berdiri tumbuh bagaikan jamur dimusim hujan. Padahal seingatku bahwa di malam tahun 2016 yang lalu adalah saat terakhir aku mengunjungi kota ini bersama keluarga situasinya masih belum begini amat (mungkin karena waktu itu malam hari).

Memang perkembangan kota batu sebagai salah satu destinasi wisata terpopuler di Jawa Timur adalah berkah bagi sebagian besar wilayah Malang Raya, ini bisa dilihat di Kota Malang saja, bahwa petumbuhan hotel dan home stay di Kota Malang kini sungguh sangat luar biasa, banyak hotel baru dan home stay menjadi salah satu usaha rumahan yang bagus untuk saat ini, dan sekarang ini masih banyak lagi yang sedang dalam proses pembangunan, denger-denger katanya masih banyak investor dibidang perhotelan yang mencari lokasi strategis untuk didirikan hotel lagi, hmmmmm berkat Kota Batu wajah Malang Raya kini sebagian besar banyak berubah, dan sejalan itu Pemerintah Daerah-nyapun terus berbenah seakan tak mau kehilangan momentum untuk melakukan yang terbaik di eranya masing-masing, kecuali pemerintah daerah Kabupaten Malang, yang meskipun pemerintahnya mendapatkan banyak ragam sertifikat dan predikat akan tetapi pembangunan ekonomi, sosial dan kemasyarakatannya masih sangat jauh tertinggal, ini terbaca dari masih tingginya angka pengiriman tenaga kerja keluar negeri, tingginya angka perceraian dan masih banyaknya anak usia sekolah yang tidak dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, terutama karena hambatan perekonomian (bahkan ada kecamatan yang tidak mempunyai sekolah tingkat SLTA, yang kadang kalupun ada itu adalah sekolah swasta dibawah lembaga dan yayasan yang keuangannya lebih sering kembang kempis kayak jantungku dibandingkan jantung para pejabatnya mungkin heheheh), serta sedikitnya lapangan kerja bagi angkatan kerja yang kian hari terus bertambah. Disi lain dikenal bahwa wilayah Kabupaten Malang adalah yang terluas diseluruh Jawa Timur dan memiliki potensi wisata yang sangat besar dan luar biasa, khususnya wisata bahari dengan pantai yang indah sepanjang pesisir yang berhadapan langsung dengan pantai selatan Pulau Jawa. Interkoneksi dari satu obyek wisata ke obyek wisata yang lain sangatlah memprihatinkan, jalan makadam, bahkan ada yang sama sekali tidak ada jalan selain jalan tanah tak berbatu, yang lebih membuat prihatin adalah masih banyaknya desa dan kampung sepanjang pesisir pantai yang belum tersentuh pembangunan dan kemajuan (jikapun sedikit ada kemajuan yang baik itu semata-mata karena pembangunan yang digagas oleh Pemprov Jatim yakni Jalan Lintas Selatan, yang membentang dari Kabupaten Blitar sampai ke Kabupaten Banyuwangi, yang pembangunannya masih terus berlangsung secara bertahap), perkampungan miskin yang gelap dan jauh dari teknologi. Belum lagi dengan sangat minimnya ketersediaan fasilitas wisata, sebagaimana layaknya obyek wisata yang banyak dikunjungi wisatawan (masa ada pantai yang banyak pengunjungnya namun tidak mempunyai toilet dan kamar ganti), jadi jelas terlihat bahwa pemerintahan dikawasan ini sepertinya gagal menggaet investor masuk melakukan investasi  untuk dapat bersama-sama dengan seluruh elemen yang ada membangun kawasan yang begitu luas nan indah itu, yang tujuan utamanya adalah untuk kesejahteraan masyarakat Kabupaten Malang.


Kembali dengan perjalananku; di Kota Batu aku berhenti dijalan utama menuju ke balai kota, disalah satu warung pecel yang dahulu menjadi langgananku, selesai menikmati sepiring makan siang, aku meneruskan perjalan terus naik kearah Balai Kota Batu, dan ketika sudah melewati Hotel Kartika Wijaya Batu betapa aku terpana. Untuk menjawab rasa penasaranku aku bergegas mencari tempat parkir, sterusnya menelusuri trotoar dan menemukan tempat duduk yang adem. Dihadapanku diseberang jalan, tanah luas yang dahulu tempat berdiri kokoh konstruksi hotel yang gagal dibangun akibat krismon pada tahun  1998-1999, kini dilokasi yang sama berdiri bangunan megah, bangunan ini tak lain adalah Kantor Walikota Batu yang diberi nama “Pendopo Among Tani” demikian tertulis disana. Membaca papan nama gedung ini membuat aku tersenyum, karena Kota Batu kini memang sudah sangat jauh berbeda dengan dahulu. Pemkot Batu dibawah Pimpinan Eddy Rumpoko sebagai Walikota kini benar-benar terlihat bersinar dan kinclong dalam segala aspek kehidupannya. Baik itu kehidupan ekonomi, sosial, budaya, agama, pendidikan, kehidupan politik  dan demokrasinya dan seterusnya, kemajuan disegala aspek inilah yang membuat setiap orang yang hidup dan berada di kota ini terlihat sehat dan selalu menyapa ramah kepada siapa saja.

Keberadaan Pendopo Among Tani ini sepertinya sebuah monumen yang meneguhkan integritas serta komitmen yang dimiliki oleh sang Walikota dan masyarakatnya, meneguhkan keberadaan Kota Batu sebagai sebuah kota kecil dengan masyarakat tani yang hidupnya kini lebih bersinar yang telah berhasil juga “berprestasi” dalam segala aspek kehidupannya. Keberadaan gedung pemerintahan ini terlihat digagas sedemikian rupa untuk benar-benar bisa dimiliki oleh rakyat mBatu, tanpa pagar dan sekat yang cenderung melambangkan keangkuhan kekuasaan, taman yang luas ditata indah, tempat bermain yang indah dan sehat bagi anak-anak, ditambah dengan Masjid yang sangat representatif untuk dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat dan wisatawan yang berkunjung ke Kota Wisata Batu untuk menunaikan segala urusannya masing-masing dengan Allah. Kesemuanya itu menyadarkanku bahwa 8 tahun Kota Batu bekerja keras siang dan malam, bahu membahu dibawah kepemimpinan Eddy Rumpoko,  dengan PAD dan APBD yang pas-pasan kini telah membuahkan hasil yang nyata. Menghadirkan mimpi dan harapan senyata-nyatanya dalam keseharian rakyat Batu. Konon  berdirinya Pendopo ini adalah murni dibiayai oleh APBD Kota Batu selama hampir 5 tahun anggaran,  sampai saat ini tidak ada sedikitpun bantuan dari APBD Prov. Jatim dan APBN yang masuk dan menempel dibagian manapun di gedung ini. Artinya bahwa gedung ini bisa berdiri megah sekali lagi adalah karena dan merupakan wujud nyata dari kristalisasi keringat seluruh rakyat mBatu.
Sehingga tidak berlebihan jika oleh Walikota nya, wong mBatu kini diberikan penghargaan sekaligus kehormatan dengan memberi nama Pendopo Among Tani itu tadi. Demikian kira-kira imajinasiku membawaku ngelantur terkait lahir dan diberinya gedung ini nama Pendopo Among Tani, yah mudah-mudahan suatu saat aku berkesempatan untuk mengkonformasikannya kepada Beliau Pak Wali. Tak terasa ketertegunanku disapa oleh angin senja yang dingin, segera aku beranjak menuju kearah payung untuk menikmati secangkir kopi dan jagung bakar rasa nano-nano sambil menikmati kota yang terus bersolek menuju Kota Wisata Batu sebagai destinasi wisata kelas dunia.

Upsss...ada yang lupa, menatap gedung ini dan gedung-gedung pemerintahan di Kota Batu pada umumnya, jangan harap sahabat bisa menemukan warna yang mencerminkan sikap dan pandangan politik Sang Walikota, anda akan kecewa karena tak akan pernah menemukannya; dalam banyanganku seakan Beliau berkata gedung ini dan diriku sepenuhnya milik wong mBatu.





Salam

Sunday, March 6, 2016

Kandidat Calon Gubernur

pilgub dki
Pemilihan langsung, serentak Gubernur dan banyak Kepala Daerah di tahun 2017 sebenarnya masih lama (sekarang aja masih tahun 2016 bulan Maret awal),  namun hangatnya sudah mulai terasa. Untuk daerah yang cukup terkenal atau yang menjadi perhatian media dan seterusnya masyarakat luas, dikarenakan karena hampir seluruh media (lapisan masyarakat) nasional memberitakannya, sebenarnya sangat mudah bagi kita untuk menakar popularitas (awal) mereka, dan termasuk elektabilitasnya (mungkin) kemudian, dapat diprediksi oleh kita tanpa repot berdebat dan menunggu paparan lembaga survei.
Seperti DKI Jakarta misalnya; bahwa hampir seluruh media nasional, baik cetak maupun elektronik, setiap hari pasti memuat berita tentang Ahok, mulai dari A-Z minimal satu berita setiap media setiap hari pasti memuatnya dalam pemberitaan mereka, apakah ini karena pesanan, ataukah karena Ahok dan seluruh kiprahnya memang mampu menaikkan rating media tersebut, dibaca, didengar dan bahkan di klick oleh publik melalui media sosial yang hampir seluruh masyarakat Jakarta, bahkan Indonesia dapat dengan mudah mendapatkannya (digenggaman), entahlah tetapi yang jelas bahwa untuk menakar popularitas sang kandidat kini tidaklah sulit. Sebagaimana gadget halaman yang saya telah share diatas postingan ini, sahabat semua dapat melihat sejak bulan Januari sampai dengan Maret pada tanggal sekarang ini dalam hitungan seratus, diantara semua nama yang di bandingkan, hanya Ahok lah satu-satunya figur populer, yang dari segi pemberitaan paling banyak dicari oleh masyarakat melalui media Google, wabil khusus mesin pencari Google Chrome, padahal nama Ahok telah dibandingkan dengan orang-orang yang menurut saya baik dan cukup sering diberitakan, seperti Yusril, Sandiago, Habib Rizieq dengan FPInya. Akan tetapi sebagaimana hasil diatas ternyata masyarakat DKI Jakarta dan Indonesia pada umumnya sangat tidak ingin tahu tentang apa-apapun dan siapapun terkecuali Ahok. Tentu kalo dilihat dari berbagai macam teory survey dan polling, bahwa hasil ini pasti disclaimer, akan tetapi demikianlah adanya menurut Trends Google per hari ini.

Saya sih tidak mendukung siapa-siapa dan toh bukan warga Jakarta,  akan tetapi saya ingin berpesan bahwa untuk menjadi pemimpin itu memang sepertinya tidak setiap orang punya makom disitu, dan urusan makom ini tidak akan pernah tertukar antara satu orang dengan lainnya, sehingga saran saja; jika masih memungkin, tidak usah merasa malu untuk yang lainnya selain Ahok, lebih baik konsentrasi dengan profesi masing-masing dimana semuanya sudah merupakan ahlinya, menjadi negarawan, pemikir dan penyeimbang secara terukur juga adalah kontribusi yang positif bagi kemajuan masyarakat, pemerintahan, negara dan bangsa. Saran ini maksudnya sepanjang bisa, kalo tidak ya sudah diteruskan saja tapi dengan tetap menjaga tata tertib di meja makan.

google.com or senggolbacok1.co.id.

Saturday, February 20, 2016

Smakin Kita menJadi Manusia (!?)

dekadensi moral begitu kentara dan sangat terasa menyapa dan menyentuh kita semua dalam berbagai aspek kehidupan, kemajuan teknoligi informasi dapat membantu kita menemukan kebenaran yang sangat mengejutkan ini, berbagai macam peristiwa melalui berita yang di publish oleh banyak kalangan adalah tanda-tanda lain betapa mudahnya menemukan pembuktian atau minimal tanda-tanda bahwa hal tersebut benar ada dan sedang terus menggejala. kalo ada memey dengan foto pangeran Arab dan isterinya (gaya dan pola hidup) yang menggunakan busana ala dunia barat, dan sebaliknya ada memey yang memajang foto orang Indonesia yang menggunakan busana layaknya orang Arab yang hidup di padang pasir, maka aku pernah bikin komentar di bawah foto memey yang demikian "Arab hilang Arabnya jadi kebarat-baratan dan Indonesia hilang kenusantaraannya dan menjadi ke Arab-Araban".
Penurunan kualitas moral alias
Artinya bahwa kemajuan jaman, teknologi, informasi dan globalisasi ini bener-benar menjadi ancaman atas seluruh peradaban yang ada dimuka bumi ini, nah sekarang tidak usah bicara tentang dunia dan globalisasi, tetapi mari kita fokus pada diri kita, sekeliling kita, lingkungan keluarga dan rumah tangga kita, sekolah dimana anak kita setiap hari menimba ilmu, kumpulan para ibu-ibu muda yang setiap hari ada kegiatan ekstra selain nyambi ngantar n jemput little boy/girl nya sekolah dan kegiatan lainnya, sadarkah kita bahwa krisis yang sedang mengintai kita setiap saat menjadikan kita smakin jauh dari nilai-nilai budaya yang tadinya begitu luhur, yang tadinya menjadikan aku dan sahabat semua menjadi generasi-generasi yang tangguuh dan hebat dijaman sekarang?

Wednesday, February 17, 2016

Adil Sudah...?

Setiap saat, hari demi hari kita lalui, berbuat ataukah tidak berbuat, suka ataupun tidak, sejak dalam hati (timbulnya niat), kemudian dorongan untuk melakukan dan tidak (pikiran), kemudian perwujudan dari semua itu sebagai tindakan nyata; bahwa sesunguhnya disana ada satu hal penting yang mendasari kita; yakni ADIL. Sudahkah kita adil, kepada diri sendiri dan orang diluar diri kita? sudahkah kita diperlakukan secara adil oleh siapa saja? Sejujurnya bahwa jawaban atas kedua hal diatas itu adalah yang melandasi kita dalam bersikap, berpikir dan berbuat. Baik terhadap sesama, terhadap bangsa dalam kehidupan bernegara, terhadap perusahaan dalam profesi dan pekerjaan, terhadap pergaulan dan keluarga, lalu bagaimana dengan terhadap diri sendiri?
Sejujurnya bahwa kita kerap abai tentang keadilan yang sesunguhnya.
Adil artinya menempatkan sesuatu pada tempatnya dan memberikan hak kepada masing-masing yang memiliki hak. Demikian dalam pemahaman norma yang mendasari segala kehidupan ini, bahwa Tuhan telah memerintahkan kepada kita untuk berbuat adil dalam segala aspek kehidupan dan pada saat yang sama berbuat kebaikan dengan sesama.
Bahwa adil berarti mewujudkan kesamaan dan keseimbangan antara hak dan kewajiban. Hak asasi manusia tidaklah boleh dikurangi karena disebabkan adanya kewajiban atas mereka. Karenanya, hak setiap orang harus diberikan sebagaimana mestinya. Kebahagiaan barulah dirasakan oleh manusia bilamana hak-hak mereka dijamin dalam masyarakat, hak setiap orang dihargai, dan orang yang kuat punya kewajiban untuk mengayomi yang lemah.
Allah dalam rancangannya menetapkan keadilan sebagai dasar umum bagi kehidupan bermasyarakat untuk setiap bangsa dan pada semua masa, dan untuk setiap umat pada segala zaman. Keadilan merupakan tujuan pengutusan Rasul-Rasul utusan Allah (apakah ada rasul yang bukan utusan Allah?) ke dunia dan tujuan dari syariat dan hukum yang diturunkan bersama mereka tak lain adalah Keadilan, sebagaimana berikut saya kutipkan:

Wednesday, February 10, 2016

Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta

Ditengah maraknya praktik sebagaimana judul diatas, membaca puisi WS. Rendra ini serasa selalu seger, patriotik dan apa adanya sebagaimana realitas, kata pepatah "iki jaman edan lek ora edan ora kuman" adalah benar adanya, revolusi mental rasanya belum sampai pada merevolusi sistem "pelacuran" ibu kota sebagai pintu gerbang Indonesia, banyak cara orang melacurkan diri, dan banyak hal yang bisa dilacurkan memang sepanjang diinginkan, mulai dari harkat, martabat, harga diri, jual diri dan seterusnya....bagi yang belum pernah moggo disimak, menurut pengunggahnya bahwa suara yang ada adalah asli yang direkam dari pita casette, tetapi sayang tidak ada informasi lebih lanjut tentang itu, bagi yang sudah pernah monggo dipastikan kembali kata-demi kata, bait demi bait.....bahwa benar pelacuran itu sedang melanda kita semua......sekali lagi karena memang demikianlah kita, yang terkadang dalam banyak kesempatan jangankan lawan bahkan teman pun kita "makan" jangankan yang halal bahkan yang haram pun "terpaksa" kita embat, demi apa..? demi kita...? dan puisi yang lahir dari jiwa penciptanya adalah suara bumi....demikian kata mereka......


Pelacur-pelacur Kota Jakarta
Dari kelas tinggi dan kelas rendah
diganyang
Telah haru-biru
Mereka kecut
Keder
Terhina dan tersipu-sipu
Sesalkan mana yang mesti kau sesalkan
Tapi jangan kau lewat putus asa
Dan kaurelakan dirimu dibikin korban

Wahai pelacur-pelacur kota Jakarta
Sekarang bangkitlah
Sanggul kembali rambutmu
Karena setelah menyesal
Datanglah kini giliranmu
Bukan untuk membela diri melulu
Tapi untuk lancarkan serangan
Karena
Sesalkan mana yang mesti kau sesalkan
Tapi jangan kaurela dibikin korban

Saturday, February 6, 2016

Kau Ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana


Kau ini bagaimana
Kau bilang aku merdeka, kau memilihkan untukku segalanya
Kau suruh aku berpikir, aku berpikir kau tuduh aku kapir
Aku harus bagaimana
Kau bilang bergeraklah, aku bergerak kau curigai
Kau bilang jangan banyak tingkah, aku diam saja kau waspadai
Kau ini bagaimana
Kau suruh aku memegang prinsip, aku memegang prinsip kau tuduh aku kaku
Kau suruh aku toleran, aku toleran kau bilang aku plin-plan
Aku harus bagaimana
Aku kau suruh maju, aku mau maju kau selimpung kakiku
Kau suruh aku bekerja, aku bekerja kau ganggu aku
Kau ini bagaimana
Kau suruh aku taqwa, khotbah keagamaanmu membuatku sakit jiwa
Kau suruh aku mengikutimu, langkahmu tak jelas arahnya
Aku harus bagaimana
Aku kau suruh menghormati hukum, kebijaksanaanmu menyepelekannya
Aku kau suruh berdisiplin, kau menyontohkan yang lain
Kau ini bagaimana
Kau bilang Tuhan sangat dekat, kau sendiri memanggil-manggilNya dengan pengeras suara setiap saat
Kau bilang kau suka damai, kau ajak aku setiap hari bertikai
Aku harus bagaimana
Aku kau suruh membangun, aku membangun kau merusakkannya
Aku kau suruh menabung, aku menabung kau menghabiskannya
Kau ini bagaimana
Kau suruh aku menggarap sawah, sawahku kau tanami rumah-rumah
Kau bilang aku harus punya rumah, aku punya rumah kau meratakannya dengan tanah
Aku harus bagaimana
Aku kau larang berjudi, permainan spekulasimu menjadi-jadi
Aku kau suruh bertanggung jawab, kau sendiri terus berucap Wallahu A’lam Bisshowab
Kau ini bagaimana
Kau suruh aku jujur, aku jujur kau tipu aku
Kau suruh aku sabar, aku sabar kau injak tengkukku
Aku harus bagaimana
Aku kau suruh memilihmu sebagai wakilku, sudah ku pilih kau bertindak sendiri semaumu
Kau bilang kau selalu memikirkanku, aku sapa saja kau merasa terganggu
Kau ini bagaimana
Kau bilang bicaralah, aku bicara kau bilang aku ceriwis
Kau bilang jangan banyak bicara, aku bungkam kau tuduh aku apatis
Aku harus bagaimana
Kau bilang kritiklah, aku kritik kau marah
Kau bilang carikan alternatifnya, aku kasih alternatif kau bilang jangan mendikte saja
Kau ini bagaimana
Aku bilang terserah kau, kau tidak mau
Aku bilang terserah kita, kau tak suka
Aku bilang terserah aku, kau memakiku
Kau ini bagaimana
Atau aku harus bagaimana


puisi ini masih dan akan terus berlaku sebagaimana kenyataan hidup kita dari generasi ke generasi, sepanjang jaman. Simaklah

Thursday, February 4, 2016

Sorga Ada Dibawah Telapak Kaki Ibu (2)

Judul diatas adalah benar adanya, tidak ada satupun diantara kita (insyallah) mengingkari hal tersebut, mengenai judul tulisan kali ini sudah ditegaskan sejak jamannya nabi-nabi, dan kita wajib mengimaninya dan mengaminkannya sekarang dan selamanya demikian.
Tetapi apakah seiring berjalannya waktu sikap, prilaku, dan ungkapan syukur kita selalu sejalan dengan semangat tersebut? hem... jawabnya yang paling fair adalah some time..., karena mungkin menurut anak muda sekarang some time itu gue geto lo......!
Lalu bagaimana halnya dengan Bapak kita,  Ayah kita, Papa kita? apakah kemudian dia akan berlalu begitu saja bersama waktu seiring dengan semakin kecilnya perannya dalam hari-hari kita karena kita telah tumbuh dan menjadi "dewasa"? dia lalu bisa kita abaikan begitu saja? dia lalu bisa kita nilai dan hakimi semaunya kita sendiri tanpa pernah mempertimbangkan situasi, keadaan dia disaat itu, disaat kita masih ngompol dan belum ngerti apa-apa lalu sekarang kita bersikap sakan-akan kitalah yang paling mengerti akan semua dan lain sebagainya disaat kita sudah seperti sekarang, hanya karena ketidak adilannya (menurut kita) diantara kita saudara ber saudara, diantara keluarga ber keluarga, kita marah kita dendam, kita menjadikannya enemy dalam hidup sekalipun cuma dibathin (karena takut malu jika diukapkan, sebab walau bagaimana menjadi pendemdam terlebih dendam terhadap keadaan dan orang yang "membuat" kita ada, sekalipun ini jamannya edan, tetapi untuk hal seperti itu malah dianggap orang edan), karena menurut kita dia adalah sosok yang keras atau bahkan menurut kita sering membuat kita malu diantara pergaulan yang kita miliki sekarang diantara orang-orang yang sukses?

Monday, February 1, 2016

Menghina Tuhan

Mengutip Sujiwo Tejo Presiden Tjancukers: “menghina Tuhan itu ngapain harus membakar kitabNya, khawatir besok tidak bisa makan juga sama dengan menghina Tuhan”. Benarkah? Sebagai orang yang beriman tentu kita punya kewajiban untuk mengatakan bahwa  Presiden ini benar adanya; bahwa selama ini kita memang benar-benar terlalu khawatir (banyak hal yang mebuat kita khawatir seolah-olah Tuhan tak pernah hadir dan ada), saking sibuknya khawatir sampai-sampai  entah sadar atau tidak setiap hari kita terjebak dalam kekhawatiran yang tidak berujung.
Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemahaan Tuhan itu ternyata sering kali masih sebatas lips service semata, kita hanya ikut-ikutan sekedar untuk menunjukkan bahwa kita mempunyai keyakinan (seolah-olah) padahal sesungguhnya kita sangat tidak yakin. Yakin akan ke Esaan Tuhan dan ke Mahaannya tidak lantas membuat kita berpangku tangan dalam diam (pasrah bongkokan), karena jika demikian maka sama juga artinya bahwa kita sedang mengharap hujan turun dari atas langit disaat kemarau panjang dan langit terang benderang. Atau mungkin sama juga dengan bagaikan sipungguk merindukan bulan.

Friday, January 29, 2016

Pelajaran Hidup dan Kehidupan

Ada banyak orang yang dengan sadar ataupun tidak merasa bahwa dirinya telah lulus dari berbagai macam hal terkait tentang hidup. Merasa bahwa apa yang sudah diputuskan dan dilakukan adalah yang paling benar dan baik, tanpa berusaha untuk menimbangnya kembali, dengan lebih seksama dan dalam, benarkah yang dilakukan adalah yang terbaik? Kadang karena situasi pada saat memutuskan dan seluruh hal juga peristiwa yang melatarbelakanginya, kita beranggapan bahwa itu adalah yang terbaik (minimal pada saat itu), padahal hidup tidaklah demikian. Hidup dan kehidupan ini akan terus berjalan dan harus berjalan sekalipun kita dalam memutuskan sesuatu salah ataukah tidak. Maka dari itu berpikir secara jernih dan bertimbang dengan matang adalah sebuah keharusan dalam memutuskan sesuatu terkait hidup dan kehidupan, pun demikian halnya dengan hubungan kemaslahatan dan kekerabatan kita.
Maka dari itu hendaklah kita mengenali masalah yang sebenarnya, ini menjadi sangat penting, karena boleh jadi bahwa yang menyebabkan kemarahan dan lain sebagainya, dan yang melatar belakangi sikap dalam memutuskan sebuah persoalan, sebenarnya bukanlah masalah yang sebenarnya, sehingga keputusan yang kita ambil pasti salah, percuma, tak berguna, atau bahkan hanya akan mendatangkan masalah yang lebih pelik berikutnya. Banyak masalah antar sesama yang kadang tidak terselesaikan atau bahkan menjadi parah oleh karena kegagalan kita dalam memahami konsep dasarnya. Sebagai contoh misalnya bahwa problem antara kerabat dan sahabat itu terkadang seperti jerawat. Gejala dari sebuah jerawat adalah tonjolan yang tidak enak dilihat, tapi penyebabnya adalah infeksi di bawah kulit. Begitu juga, konflik yang menyebalkan antara kerabat dan sahabat sering kali hanyalah gejala, bukan masalah sebenarnya. Kita mungkin bisa mengatasi jerawat dengan memencetnya. Tapi, itu hanya membereskan gejalanya dan bisa meninggalkan bekas atau memperparah infeksinya. Tindakan yang lebih baik adalah mengatasi infeksinya sehingga itu tidak menyebar. Demikian pula halnya dengan problem dalam pergaulan internal dan ekternal kita. Cari tahu penyebabnya, sehingga yang kita pikirkan bukan insidennya melainkan akar problemnya. Nasihat bijak Raja Salomo, adalah

Tuesday, January 26, 2016

Daripada Pecah Dimulut Lebih Baik Pecah Diperut

Dahulu hingga sekarang, bagi saya adalah istilah untuk menggambarkan identitas, jati diri, komitmen, dedikasi dan loyalitas atas pertemanan serta kesetiakawanan yang saya kenal dan ketahui, juga pegang teguh dimasa-masa saya masih sekolah ditingkat SMA yang ketika itu lebih banyak bergaul di "jalanan" ketimbang duduk manis di rumah sebagai "anak mama".
Dahulu ketika masih suka nongkrong dan melakukan berbagai macam bentuk kenakalan remaja (bahkan terkadang kenakalan orang dewasa) saya memang lebih banyak berkumpul dengan berbagai macam pelaku pelanggar norma dan hukum, terkenang masa-masa itu disebuah ibu kota kabupaten, kota tua kecil, semuanya terasa menjadi begitu mudah dan gampang ada dalam genggaman. Dengan semangat partisipatif dan segala apa yang saya miliki dan tidak miliki saya begitu asyik karena diterima baik bahkan cukup mendapat perhatian dari kalangan tertentu dan terbatas ketika itu, dengan bermodalkan setiakawan, dalam beberapa kesempatan saya terlibat dalam berbagai perkelahian individu dan kelompok, mulai dari kelompok siswa, kelompok gank, kelompok preman dan copet sampai dengan kelompok..., manis sih untuk dikenang terlebih disaat seperti sekarang, karena semuanya itu pada akhirnya dititik tertentu menghantarkan saya pada sebuah perhentian untuk kemudian mengambil hikmah dan kesimpulan dan seterusnya jadilah saya menjadi bukan siapa-siapa sebagaimana pada hari ini, selain daripada diri sendiri.

Sunday, January 17, 2016

Teroris vs Sepatu vs Selfie

Sudah menjadi kebiasaan di masyaraakat dan media (mungkin) bahwa dalam banyak hal dan banyak momentum kita selalu ramai ngeributin yang tidak essensial, ramai ngebahas (dengan porsi yang lebih besar atau sama) hal yang remeh temeh dengan inti persoalan, sehingga pada akhirnya kita abai terhadap substansi mengenai sebab, latar belakang, akibat, penanganan, dan penanggulangannya, kita hanya bisa dengan gagah berani menulis tagar #kamitidaktakut, sebenarnya yang menjadi pokok masalah adalah bukan soal situ takut atau tidak karena situ sebenarnya adalah bagian terpenting yang (se)harusnya dan sudah dilindungi oleh negara.
Yang menjadi pemikiran kita seharusnya adalah, mengapa dari ratusan negara yang ada dimuka bumi ini, jika bahasannya terkait dengan teroris, maka negara kita adalah salah satu yang paling menonjol diantaranya? Entah itu karena banyaknya peristiwa teror yang kemudian memakan korban yang tidak sedikit, ataukah karena adanya dibeberapa wilayah di Indonesia yang dapat dikatakan menjadi "mesin kaderisasi/pusat pelatihan" pelaku teror dengan lahirnya istilah eks pusat pelatihan bla...bla...bla, angkatan bla...bla...bla...., atau sebagaimana kebiasaan pengiriman tenaga kerja keluar negeri (sebagai dampak ekonomi nasional/domestik/regional/lokal yang tidak kunjung membaik) sejalan dengan itu ternyata kita juga termasuk kontributor/principal personil kelompok-kelompok yang sedang bertikai yang ada di negara-negara timur-tengah yang kerap dengan sengaja serta sadar kita kacaukan maksud dan tujuan yang melatarbelakanginya dengan memberi label jihad(is).

Wednesday, January 13, 2016

Ojo Gumunan, Ojo Getunan, Ojo Kagetan, Ojo Aleman

Dapat dipahami bahwa falsafah ini dilahirkan sebagai pertanda bahwa hidup itu dinamis dalam rentang waktu yang tak berbatas dan bertepi (seumur adanya hidup), oleh karena itu sebagai mahluk dimana kita selalu berinteraksi dengan segala apa yang ada beserta seluruh hal yang menyertainya, maka sebaiknya hendaklah kita memahami falasafah ini:
Ojo gumunan: bentuk larangan untuk tidak mudah kagum atau heran dengan perkembangan keadaan dan peristiwa atau benda yang terutama bersifat materi dan keduniawian terlebih dengan perubahan prilaku dari baik menjadi tidak (menurut kita padahal menurut orang lain belum tentu). Masyarakat kita sekarang ini mudah sekali untuk nggumun atau kagum terutama dengan berbagai bentuk pemberitaan atau tayangan melalui media massa. Bentuk kengggumunan dan kekaguman ini sayangnya hanya sebatas nggumun, tanpa pernah mencari tau sebab dan akibatnya melalui sebuah introspeksi, melihat dan membanding-bandingkannya serta mengandaikan terhadap diri sendiri. Sebagian besar dari kita hanya menjadi penonton, berdiri di pinggir, bertepuk tangan, kadang misuh (memaki) dan mengumpat, tanpa pernah bisa ikut menentukan hasil akhir, sehingga pada tataran tertentu juga harus diartikan bahwa kita harus berubah untuk lebih baik, selalu memperbaiki diri dan menyesuaikan diri dengan keaadan dan perubahan keadaan sekitar. Hendaklah kita menjadi subjek dan bukan sekedar objek.

Sorga ada dibawah telapak (kaki Ibu)


Sering kita bertemu dengan orang yang dengan tulus merawat orang tuanya. Ciri-cirinya mereka sangat care, helpful, cepat tanggap dan jarang mengeluh. Tutur kata yang keluar dari mulut mereka sangat lembut dan tertata. Tampaknya mereka khawatir kata-kata yang keluar dari mulutnya bisa menyakiti orang tuanya.
Sejauh pengamatan saya, orang-orang yang dengan tulus merawat orang tuanya kehidupannya selalu bahagia. Bila ia pengusaha, bisnisnya lancar. Jika ia bekerja karirnya cepat melejit. Bukan hanya itu, anak-anak mereka juga menjadi anak yang baik, cerdas dan sholeh.
Apakah setiap orang yang hidup bersama orang tuanya selalu bahagia? Jawabannya, tidak. Saya bertemu dengan banyak orang yang seperti ini. Mereka hidup bersama orang tuanya tetapi kehidupan pribadinya justru berantakan.

Saturday, January 9, 2016

Mencintai Politik Sesungguh Hati dan Segenap Jiwa (ono tah?)

Kebencian dan segala sifat serta sikap negatif pada dasarnya tidaklah sehat dan lebih pada menuju kehancuran diri sendiri daripada orang lain, terlepas itu sadar atau tidak cepat ataupun lambat, karena hal tersebut bukan merupakan sifat dan Kemahaan Tuhan yg maha segalanya, pun demikian didalam politik, karena sejatinya politik adalah seni dalam melahirkan kebijakan yang positif bagi rakyat dengan satu-satunya cara yang diyakini baik yaitu demokrasi, demokrasi yang benar dan sehat serta ter ukur, sehingga jika kemudian ada pendapat yang mengatakan bahwa dalam politik (untuk mencapai tujuan politik) segala cara daya dan upaya adalah 'halal' maka dapat kita pahami bahwa orang yang demikian adalah pribadi yang sesungguhnya tidak mudeng dengan sejatinya politik; tidak mudeng bahwa politik itu penuh di isi dengan sekumpulan norma positif yang resisten terhadap semua hal yang bersifat culas dan curang, karenanya lazimnya bahwa politik itu adalah 'missi suci', bukan yang lain. Jaga pikiran dan hati anda terlepas anda suka atau tidak dengan politik dan politikus.

Friday, January 8, 2016

Jabatan itu akhirnya Tanpa Marwah Hanya Karenamu ndes...?!

Adakah kita pernah berpikir di balik hiruk pikuknya politik, di balik kegaduhan yang tercipta karena syahwat kekuasaan, bahwa sesungguhnya seluruh jabatan publik dan posisi politis adalah sesuatu yang holistik?! Pasti ente semua akan jawab "terpikirkan", jika memang terpikirkan kog prilaku kita dalam perspektif yang luas masih sering kali memalukan, memperjuangkan sesuatu yang sebenarnya diluar "keyakinan" kita, memperjuangkan sesuatu yang sebenarnya kita ketahui sudah kadaluarsa untuk dimiliki oleh masyarakat luas, menuntut tanpa mau berserah, berjuang tanpa mau berserah, memilih tanpa mau berserah, bagaimana bisa semua nya kemudian mendadak joged (eh...sontak) menjadi amanah?? Amanah dari mana dan bagaimana jalan ceritanya yang demikian itu bisa amanah?! karena setahuku bahwa amanah atau bukan dan tidak akan hadir dalam sebuah kepemimpinan sekonyong-konyong koder begitu saja; akan tetapi ada sebuah proses panjang, ada keringat pengorbanan dalam ketulusan yang tanpa "motif" dan bebas modus.
MEMILIH DENGAN CARA YANG BAIK DAN BENAR ADALAH SAMA PENTINGNYA DENGAN MENJADI PEMIMPIN YANG BAIK DAN BENAR!! ini adalah hukum yang tidak bisa ditawar, nah lalu bagaimana dengan para pialang yang selalu menjadi perantara alias makelar; baik makelar antara calon dengan rakyat bermuara pada duit dan suara, juga makelar antara calon dengan kendaraan politik yang bermuara pada duit dan rekom?? Wallahu A'lam Bishawab hanya Tuhan lah yang pantas memutuskan jalan dan nasib kalian kemudian.

Tuesday, January 5, 2016

(late pos) TUHANku TUHAN PALSU

November 2011
Selama ini aku begitu taat dan patuh terhadap apa yang disampaikan oleh pemimpinku , dia bilang padaku bahwa apapun yang aku lakukan selalu dalam pengawasan sang TUHAN, aku begitu patuh padanya, aku begitu rajin menjalankan ibadahku demi menyembah TUHANku hingga pada suatu ketika aku tersadar bahwa TUHAN yang kusembah adalah TUHAN PALSU!
Aku selalu menuruti apapun yang diucapkan oleh pemimpinku dia bercerita tentang pengetahuannya tentang TUHAN kami, hingga berhasil membuatku berimajinasi tentang TUHAN, ternyata selama ini aku hanya menyembah imajinasiku saja bahkan lebih dari itu aku menyembah imajinasi pemimpinku tentang TUHAN, semenjak saat itu aku mulai mencari dimana TUHANku, maka aku pun berlari mencari pemimpinku yang baru, namun kudapati hal serupa dimana sang pemimpin hanya mampu menjelaskan TUHAN imajinasi yang masih jauh dari realita TUHAN itu sendiri. Namun aku heran, sungguh sangat heran ketika si pemimpin memiliki begitu banyak pengikut yang percaya dan yakin akan TUHAN imajinasi yang dicitrakan oleh para pemimpin mereka.
Aku pun ketakutan, aku sendirian aku terus meratap memohon sebuah pengertian dan izin untuk mengenal TUHAN SEJATI bukan TUHAN imajinasi yang selama ini kusembah.
Aku berlari kesetiap penjuru dunia dan bertanya tentang MU TUHAN, namun mereka semua “buta“ karena mereka pun belum pernah melihat wujud MU, mereka semua “tuli” karena tak satupun dari mereka mendengar suara MU, akhirnya aku pun terdampar dalam kegelisahan dan kerinduan ku pada MU , sampai akhirnya aku tergoda untuk melihat diriku sendiri ya diriku sendiri .
Ahh….., sudahlah aku tak mau lagi percaya dengan imajinasi setiap pemimpin, bahkan aku tak mau lagi mempercayai pikiran dan imajinasiku tentang MU, biar kuyakini saja keberadaan MU disini, hanya dalam hatiku sendiri bukan untuk kubagi dengan yang lain, hanya aku sendiri! (RS)
Surat Rindu

Monday, January 4, 2016

Senggol Bacok

Jika saja kalimat diatas bener-bener terjadi, hmmm....sulit untuk dibayangkan (lagian buat apa juga dibayangin...), dampaknya terhadap sosial ekonomi masyarakat yang demikian. belum lagi ditambah dengan semangat "lirik kawin" ini mah lebih parah lagi....
Yang manapun dari kedua "prilaku" diatas tentunya bukanlah sesuatu yang bener-bener terjadi, akan tetapi ramainya kemajuan n peminat dunia maya akhir-akhir ini membawa dampak terhadap maraknya memey-memey nyeleneh bermunculan, dan itu sering kali dimanfaatkan oleh banyak orang dan semua jenis kelamin pada tingkatan umur yang manapun juga dimanfaatkan untuk mengungkapkan rasa secara terbuka. Apakah itu disengaja karena kondisi psikologis yang memang sedang lagi bad mood, illfil, jutek, bete, terhadap siapalah, keadaanlah, diri sendirilah dan masih banyak lagi. saking parahnya sampai-sampai aparat penegak hukum menegaskan kembali perihal tentang "ungkapan kebencian didepan khalayak."
Sesungguhnya jika boleh jujur, sebenarnya kita ini lebih membutuhkan sejumlah perangkat yang berisikan norma hukum terkait dengan sikap dan prilaku moral kita kah, atau disisi lain sebenarnya kita jauuh lebih membutuhkan therapy moral, therapy prilaku, therapy psikologis, therapy mentalitas, therapy gaya bicara dan bergaul, yang intinya sebenarnya bahwa kitalah yang harus berbenah, bukan aturan yang kurang banyak untuk mengatur.
google.com or senggolbacok1.blogspot.co.id